Puluhan ribu anak dari Taman Pendidikan Alquran se-Soloraya mengikuti kegiatan akbar Solo Mendongeng di tujuh kota dan kabupaten. Acara yang salah satunya di gelar di gedung MTA Pusat Jl Ranggawarsita akhir Desember lalu sukses memukau puluhan ribu anak.
Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan
Dongeng bukan hal baru dalam metode pembelajaran anak. Bahkan, lewat dongenglah orangtua mengenalkan ke balita tentang dunia. Sebelum tidur, orangtua biasa mendongeng dengan sumber buku cerita atau fabel dan legenda rakyat.
Mengingat pentingnya media dongeng tersebut, tiga tahun lalu dibentuklah Persaudaraan Pendongeng Muslim Indonesia (PPMI) Cabang Solo. Lembaga dakwah nonprofit ini mewadahi pendongeng di Solo untuk dapat berbuat lebih banyak untuk membangun generasi muslim di Solo yang bertakwa.
Salah satu pengurus bidang kaderisasi PPMI, Muhammad Natsir, menuturkan sedang gencar-gencarnya melakukan kaderisasi pendongeng muslim. Saat ini jumlah pendongeng muslim di Solo masih sedikit dan kurang mencukupi permintaan dakwah di lembaga seperti TPA atau lembaga formal TK dan SD.
“Baru ada 12 pendongeng muslim profesional di Solo. Ini sangat kurang untuk mencukupi kebutuhan puluhan ribu anak muslim se-Solo dan sekitarnya,” kata Natsir saat ditemui di Pra TK-TK Lazuardi Kamila, Banjarsari Solo, Rabu (16/1).
Dalam satu tahun terakhir, lewat diklat, workshop dan sistem pengabdian, pihaknya mampu mencetak delapan kader pendongeng amatir. Kader tersebut yang turut meramaikan dunia mendongeng di Soloraya. “Setelah 100 kali kesempatan mendongeng, mereka bisa dikatakan pendongeng profesional.”
PPMI giat berkeliling di Soloraya untuk menggelar seminar dan workshop mendongeng. Dari sistem itu, akan tersaring calon-calon pendongeng yang andal dan teruji serta memiliki pemahaman teori yang benar. “Semakin tinggi jam terbangnya, makin terasah kemampuan mendongeng,” terang Kepala Pra TK-TK Lazuardi Kamila Solo.
Beberapa syarat awal menjadi pendongeng yakni menyukai anak-anak, menyukai cerita dongeng, bersedia berlatih dengan keras dan tidak boleh menolak untuk mendongeng. “Pesertanya 20 orang tidak mau, jangan, kalau cinta ya harus mau berapa pun pesertanya.”
Satu prinsip yang selalu dipegang pendongeng yakni aktivitas mendongeng bukan untuk mencari keuntungan, melainkan murni dakwah Islam. “Bahkan ada yang pasang tarif, ah, kami enggak ada tarif. Tidak ada [honor] tidak masalah, diberi ya kami terima.”
Ada beberapa pendongeng yang meluangkan akhir pekannya untuk mendongeng ke TPA-TPA dan SD-SD. Setiap akhir pekan, Natsir keliling untuk mendongeng secara cuma-cuma.
Demikian pula pendongeng Bony Elisaputro. “Saya setiap Sabtu ke kampung-kampung, mendongeng untuk anak-anak,” kata Bony.
Menurut Bony yang juga Kepala TK Madani Internasional, Kartasura Sukoharjo, pengabdian ini bentuk upaya dakwah dan memperbaiki akhlak generasi muslim.