Sebagai manten anyar, Gendhuk Nicole masih kikuk dalam hidup berumah tangga. Lebih kikuk lagi, suami Jon Koplo yang tinggal di Karanganyar ini tinggal serumah bersama mertuanya, Lady Cempluk, seorang janda yang lumayan kaya. Sudah barang tentu ia sangat sungkan, minggrang-minggring dan takut dengan sang mertua.
Sehari menjelang Lebaran kemarin, seharian Gendhuk Nicole membantu mertuanya memasak opor dan sambal goreng untuk lauk ketupat. Sementara selongsong ketupat akan dimasak sore harinya.
Siangnya, berhubung Lady Cempluk akan pergi arisan, ia weling pada menantunya, ”Ndhuk, kalau jam empat nanti aku belum pulang, kupatnya kamu godhog ya, pakai dandang yang besar. Kalau ngisi kupat berasnya separo saja.” ”Inggih Bu,” jawab Gendhuk Nicole.
Jam empat sore ternyata Cempluk belum pulang, maka Nicole mulai mengerjakan pesan mertuanya. Setelah selongsong ketupat diisi beras, lalu dimasukkan ke dandang yang telah diisi air dan ditaruh di atas kompor.
Setengah jam kemudian, tutup dandang dibuka, kupatnya masih berwujud beras. Dandang ditutup lagi. Setengah jam dibuka lagi, ternyata masih berupa beras, sama sekali belum mateng jadi kupat.
Dua jam kemudian ketika Cempluk pulang... ”Kupatnya sudah mateng Ndhuk?”
”Dereng Bu,” jawab Nicole. ”Mosok rong jam kok durung mateng,” gerutu Cempluk sambil mbesengut.
Benar juga, ketika dandang dibuka ternyata kupat masih seperti beras. Genduk Nicole ketakutan sekali. Tetapi setelah Cempluk mengamati isi dandang, ia malah ngguyu sambil berkata, ”Oalah Ndhuk, Ndhuk... Ini namanya adang, bukan nggodhog. Kalau nggodhog itu angsang-nya ndak usah dipasang, airnya yang banyak biar berasnya terendam. Lha kalau gini caranya mbok nganti suk bakda ora mateng-mateng.”
Melihat mertuanya tertawa, rasa takut Nicole pun hilang. Yang tak bisa hilang adalah rasa malunya.
Kiriman Musamsuri, Jl Raya Solo, Kalioso KM 10,7, Cinet RT 04/ RW 02, Bulurejo, Gondangrejo, Karanganyar.
Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda