Apalagi calon mertuanya adalah pelanggan fanatik koran tersebut. Jika sampai dimuat, tentu akan mendapatkan kredit poin tersendiri di mata mertuanya.
Promosi Borneo FC dan Kejamnya Drama Sepak Bola
Kini tiap kali pergi untuk mencari ide atau bahan tulisan, pemuda asal Wonogiri ini selalu membawa tas mungil. Kebetulan waktu pelatihan ia mendapatkan buku notes yang sering dipakai para wartawan. Lumayan, bisa untuk mencatat apa saja yang dijadikan ide untuk bahan tulisan.
Pagi itu Koplo berniat mengunjungi tempat untuk mengendapkan ide dan merancang tulisan. Di tengah jalan ndilalah ia tepergok operasi lalu lintas. Dengan penuh percaya diri Koplo pun memasuki area operasi.
"Buat apa takut, wong semuanya komplet," pikirnya.
"Bisa lihat surat-suratnya?" tanya seorang petugas. Dengan sigap Koplo menunjukkan SIM dan STNK.
"Maaf, Saudara kena pelanggaran," kata Pak Polisi yang membuat Koplo njingkat.
"Lho, salah saya apa, Pak?" tanya Koplo bingung.
"Lampu motor Anda tidak dinyalakan," jawab petugas itu.
Sadar jika dirinya salah, Koplo hanya termangu. "Waduh, bakal kena denda ini," pikir koplo.
Seingatnya, ia tak memiliki cukup uang di dompetnya. Koplo pun gresek-gresek di tasnya, siapa tahu ada uang nyelip. Ia pun membongkar-bongkar barang dari dalam tasnya, kamera, flash disk, pulpen dan buku notes.
"Silakan Mas lanjutkan perjalanan jika sedang tugas. Dan tolong lampunya dinyalakan," kata petugas yang membuat Koplo tak mengerti, apalagi ia diajak berjabat tangan segala.
Koplo pun segera membenahi barang-barangnya. Ketika memegang notes bertuliskan nama sebuah koran di Solo, Koplo tersenyum.
"Gara-gara notes ini aku dikira jadi tukang wartawan," batinnya.
(Yusuf Cahyono, Kaloran Lor RT 03/RW V Giritirto, Wonogiri)