Malam Minggu awal Ramadan lalu, Koplo diundang untuk berbuka bersama dengan keluarga pacarnya itu di rumahnya. Untuk menyambut tamu istimewa, Gendhuk pun sengaja membuat sajian istimewa, yakni onde-onde khas Manado.
Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia
Sekitar jam lima sore, Jon Koplo sudah bertandang ke rumah Gendhuk. Dia disambut hangat oleh Lady Cempluk dan Tom Gembus, kedua orangtua sang pacar. Setelah ngobrol ngalor-ngidul, akhirnya lima menit menjelang berbuka, keluarga Gembus mempersilakan Jon Koplo menuju meja makan.
Begitu suara azan terdengar, Cempluk dan Gendhuk menyajikan onde-onde Manado yang baru saja matang. Jon Koplo sudah tak sabar untuk ngicipi onde-onde yang berbentuk putih bersih, dibungkus parutan kelapa itu. Saat dia pegang rasanya empuk kenyil-kenyil, tapi begitu masuk ke mulut dan isinya muncrat… “Haaah… haaah… fangakh… fangakh [maksudnya panas],” sambat Koplo sambil kicat-kicat mulutnya kepanasan.
“Keluarga sang pacar kaget dan tertawa geli melihat tingkah Jon Koplo yang sama sekali tidak menduga kalau kue itu luarnya nampak dingin, jebul di dalam masih panas mongah-mongah.
“Sori Mas, tadi saya lupa tidak weling hati-hati makannya,” kata Gendhuk Nicole. Koplo cuma bisa melet-melet karena lidahnya kepanasan.
Dikirimkan ke JIBI/SOLOPOS
Oleh Conny Warsito
Nusukan Banjarsari, Solo