Suatu hari Jeng Janeth, Mas Behi dan teman-teman sekelasnya di sekolah jalan-jalan ke Wisata Dieng. Dalam perjalanan ke Wonosobo itu mereka mampir di salah satu warng makan bernuansa tradisonal di Jl Magelang.
Promosi Sejak Era Sukarno, Sejarah Timnas Indonesia Jangan Kalah dari Malaysia
Ceritaya, makanan sudah dihidangkan dan masing-masing sudah menyiduk nasi. Hanya Mas Behi yang belum karena masih cuci tangan.
Saat Mas Behi datang, ia kehabisan piring. Belum sempat memanggil pelayan untuk meminta piring, tiba-iba saja Jeng Janeth menghalaunya.
“Mas, nggak usah, ini pake piringku saja,” kata Jeng Janeth, sambil mengangkat alas piring yang berisi nasi (kertas coklat yang dilapisi plastik, biasanya disebut kertas nasi).
Melihat tingkah Jeng Janeth, semua teman-teman bingung termasuk Mas Behi. Namun Jeng Janth masih belum menyadari kekeliruannya, malah makin percaya diri alias PD.
“Sudahlah mas, aku ngga apa-apa makan dengan alas kertas,” kata Jeng Janeth lagi.
Mendengar kata-kata Jeng Janeth, membuat Mas Behi dan teman-teman yang sudah mulai melahap makanan menahan tawa. “Bagaimana saya mau makan kalau piringnya bolong begini?” jawab Mas Behi.
Piring tersebut memang terbuat dari rotan yang dianyam, sehingga tidak bisa digunakan jika tanpa alas kertas nasi. Sontak, semua orang yang sedang makan akhirnya tertawa juga karena tidak bisa lagi ditahan. Jeng Janeth pun langsung merah mukanya karena malu.
Citra Pupa Dwi
Sapen, Gondokusuman