Air mata tiba-tiba menetes di pelupuk mata Gusneti Arifin Syah. Perempuan yang akrab disapa Gusneti itu tak kuasa menahan air mata saat bercerita tentang pengalaman hidupnya.
Promosi Persib Bandung, Timnas Indonesia dan Percaya Proses
Saat ditemui Esposin di Gedung Serbaguna Mesjid Raya Fatimah Solo, Selasa (10/4/2012) malam, perempuan kelahiran Padang, 21 Agustus 1959 itu sesekali menghentikan pembicaraan untuk mengatur nafasnya karena air mata yang keluar.
Kejadian demi kejadian yang dialami anak pasangan Sidi Menan dan Syamsinar itu menjadi pengalaman yang sangat berarti dan tak akan pernah terlupakan.
Kondisi yang sama terjadi ketika istri Arifin Syah Banjar itu tampil me-launching buku Sebuah Biografi Spiritual Hikmah di Balik Derita. Ibunda Annisa Mardatillah, Fitri Amalia dan Anintia Triandini tak mampu menutupi kesedihannya semasa masih didera sakit yang panjang.
“Saya sakit selama tujuh tahun. Lebih dari 30 kali keluar masuk rumah sakit untuk opname. Lebih dari Rp1 miliar uang yang harus dikeluarkan suami untuk biaya rumah sakit,” terang nenek dari Muhammad Al Abrar dan Aisha Mecca Hadaya.
Akibat sakit yang dideritanya, Gusneti banyak dikenal di beberapa rumah sakit di Solo. Dia pun mempunyai bapak angkat seorang ahli psikiater RS Kasih Ibu, dokter Frans Sumampouw.
Gusneti tak henti-hentinya bersyukur atas segala nikmat yang telah diterimanya. Dia pernah divonis sakit depresi stadium empat. Keinginannya untuk sembuh begitu kuat. Dukungan keluarga juga begitu besar.
Tujuh tahun bukanlah waktu yang pendek. Hari demi hari dilalui Gusneti dengan perjuangan berat. Perasaan sedih, galau, khawatir dan takut melanda perasaannya saat awal-awal sakit. Dia pun mengadukan apa yang dialaminya kepada Allah dan berharap kesembuhan.
Namun, rupa-rupanya Sang Maha Pencipta mempunyai rencana lain bagi Gusneti. Sakitnya justru bertambah parah dan bahkan semua orang menuduhnya gila. Harapan untuk sembuh dan hidup normal pun begitu tipis.
“Saya tidak segan-segan meminta doa kepada siapa saja. Bahkan kepada orang yang belum dikenal. Kepada anak-anak, tukang becak dan lain sebagainya. Saya tidak tahu doa siapa yang akan dikabulkan Allah. Setelah sakit yang berkepanjangan, saya baru mengerti bahwa Dia sedang mentransfer energi Ar Rohman dan Ar Rohim-Nya untukku,” papar Gusneti.
Dia mencoba sabar, ikhlas dan pasrah. Gusneti berusaha terus mendekatkan diri kepada Allah SWT. Di tengah-tengah sakit yang dialami, dia selalu berusaha menyebut nama-nama indah Allah atau Asmaul Husna. Hingga akhirnya dia diberikan kesembuhan.
Di hadapan sekitar 50 orang yang hadir saat launching buku, Gusneti mengemukakan banyak keajaiban-keajaiban yang dialaminya setelah sembuh. Salah satunya yaitu ketika ada seorang tukang becak yang mangkal di Pasar Klewer. Tukang becak itu menawari untuk naik becak.
“Waktu itu saya naik sepeda dan tawaran pengemudi becak itu saya tolak dengan baik. Bapak itu bilang kalau sejak pagi belum dapat penumpang. Dia bilang butuh uang. Kemudian, tanpa sengaja saya menunduk ke bawah becak dan melihat ada gulungan uang seratus ribu. Saya pun bilang ke bapak tadi kalau butuh uang, ambillah uang di bawah becak itu,” papar Gusneti.
Kini, Gusneti benar-benar sudah sembuh. Meski sibuk menjalankan bisnis, dia memiliki keinginan kuat untuk menulis. Dia berharap apa yang dialaminya bisa menjadi pelajaran bagi orang lain. “Mungkin kejadian-kejadian yang saya alami juga terjadi pada orang lain. Saya hanya ingin berbagi dan bukan bermaksud pamer,” lanjutnya.
Banyak kegiatan yang dijalani Gusneti, mulai dari pengajian, mengurus fakir miskin dan sebagainya. Dia ingin selalu ada zikir bersama di rumahnya di Solobaru, Sukoharjo.