Esposin--Seorang sahabat menghadiri majelis Nabi Muhammad SAW sambil membawa beberapa ekor anak burung yang ia temukan di perjalanan. Yang mengherankan, induk burung tersebut terbang berputar-putar di atas kepalanya.
Promosi Borneo FC dan Kejamnya Drama Sepak Bola
Saat anak burung diletakkan di bawah, sang induk tanpa takut kepada manusia turun menghampiri dan melindungi anak-anaknya itu dengan kasih sayang. Peristiwa ini membuat heran para sahabat yang menyaksikan.
Sewaktu mereka menceritakan kepada Nabi SAW, beliau bersabda,”Demi Allah yang mengutusku dengan hak! Sesungguhnya kasih sayang Allah lebih besar daripada kasih sayang induk burung itu kepada anak-anaknya.”
Beliau pun melanjutkan sabdanya dengan memerintahkan sahabat tadi,”Kembalikanlah anak burung itu beserta induknya ke tempat semula.” Demikianlah ajaran Islam yang dicontohkan Nabi SAW dalam memperlakukan hewan.
Ajaran Islam melarang mengadu, menyiksa, menyakiti, dan tidak memelihara hewan dengan baik. Sewaktu Nabi SAW melihat seekor keledai yang diberi tanda dengan besi panas di bagian muka, beliau melarang. Jika terpaksa akan memberi tanda, dianjurkan pada bagian paha.
Dalam perjalanan fatah (pembukaan) Mekkah, Nabi SAW menyaksikan seekor anjing yang sedang menyusui anak-anaknya. Nabi SAW melarang para sahabat mengganggu anjing tersebut. Untuk memastikan larangan tadi ditaati, beliau menugaskan seorang sahabat untuk menjaga.
Para sahabat meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW melarang membunuh hewan dengan mengurung dan membiarkannya mati karena lapar dan haus. Sedangkan dalam masalah bercocok tanam, Nabi SAW selalu memotivasi para sahabat untuk membuka lahan baru (di padang pasir, bukan hutan) dan menanaminya.
Bukan hanya untuk mencari penghasilan, yang demikian juga tercatat sebagai suatu amal yang mengandung pahala. Nabi SAW bersabda,”Siapa yang menghidupkan tanah yang mati, maka dengannya ia mendapatkan pahala. Dan apa yang dimakan oleh binatang liar, maka dengannya ia mendapatkan pahala.”
Menjaga Alam
Dalam riwayat lain, walaupun dimakan oleh hewan, tetap tercatat sebagai sedekah. Sebagai rasul yang diutus menjadi rahmat bagi alam semesta (QS 21: 107), ajaran yang disampaikan Nabi SAW pasti mengandung rahmat bagi bumi beserta isinya. Hewan, tumbuhan, bahkan benda-benda mati pun tak luput dari perhatian Islam.”Sayangilah yang ada di bumi, niscaya semua yang ada di langit akan menyayangi kalian,” demikian perintah Nabi SAW kepada umatnya.
Ajaran agama yang memerintahkan menebarkan rahmat kepada alam sekitar, termasuk menjaga kelestarian alam, berhubungan dengan tugas manusia yang diciptakan Allah sebagai khalifah di muka bumi (QS 2: 30).
Manusia diperintahan untuk menjaga dan mengatur alam agar kehidupan mereka berjalan dengan aman dan nyaman. Bila sebaliknya yang terjadi, kelangsungan kehidupan mereka pun akan terancam. Banjir, tanah longsor, polusi udara, perubahan cuaca, semuanya karena ulah manusia sendiri.
Banyak sebab yang menjadikan manusia melakukan kerusakan di muka bumi, satu di antaranya adalah masalah ekonomi. Kerusakan yang ditimbulkan akan berakibat kepada banyak orang dan memakan waktu yang panjang.
Manusia muslim diperintahkan menjadi khalifah (pemimpin, pengatur) di dunia dengan mengedepankan sifat rahmat. Jika seseorang menyandang sifat tersebut, ia akan memiliki hati yang lembut yang selalu membimbing dirinya untuk berbuat kebajikan.
Kebaikan kepada sesama manusia, lalu kepada hewan, tumbuhan, dan apa pun yang ada di dunia. Perintah ini demi untuk keselamatan, kenyamanan, dan kelangsungan hidup manusia sendiri. Sayangnya, banyak manusia yang mengabaikan perintah ini. Mungkin mereka lupa, selain merugikan banyak orang, perbuatan tersebut juga tercatat sebagai dosa.
Karena itu juga, seorang muslim yang memiliki keimanan yang kua, pasti akan menghindari kerusakan dan berusaha menebar rahmat kepada seluruh isi bumi seperti hadis Nabi SAW, sayangi yang ada di bumi, Allah dan malaikat akan menyayangi kita.
Muhsin Al-Jufri Mubalig dan salah seorang pemrakarsa Forum Silaturahmi Minggu Legi (Fosmil) di Solo