Esposin--Sewaktu Nabi Muhammad SAW menyampaikan khotbah yang menjelaskan mengenai pahala mereka yang memberi makanan untuk berbuka puasa, sebagian dari sahabat yang kurang mampu berkata, “Ya Rasulullah! Tidak semua dari kami mampu memberi buka.”
Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda
Nabi SAW menjelaskan, “Allah akan memberi pahala seperti itu, pada orang yang memberi buka walaupun hanya dengan sebutir kurma, seteguk air, atau seteguk susu.”
Dari hadis ini jelas tergambar bahwa siapa pun dapat bersedekah dan meraih pahala yang besar karena sebutir kurma dan seteguk air pasti dimiliki semua orang. Dengan kata lain, masalah bersedekah atau kepedulian kepada sesama bukan masalah mampu atau tidak, tetapi mau atau tidak.
Ajaran Islam sangat menekankan peduli kepada sesama manusia dan muslim pada khususnya. Seperti ajaran zakat mal, sedekah, fidyah, zakat fitrah, kurban dan lain-lain, semuanya adalah amal yang mengandung pembelajaran tentang kepedulian.
Termasuk ayat dan hadis yang menjelaskan tentang bagaimana besarnya pahala yang tak lain untuk memotivasi seseorang agar mau berbagai kepada sesama.
Dampak wabah Covid-19 telah membuat banyak saudara kita yang pekerjaannya nyaris berhenti, bahkan sebagian tak memiliki penghasilan. Mereka masuk dalam kategori ODP, orang ndak punya penghasilan, dengan gejala emosional, mudah tersinggung, banyak mengeluh yang semuanya menandakan positif ODP.
Bersedekah pada Ramadan, lebih-lebih dalam kondisi seperti saat ini, merupakan amal ibadah yang perlu dinomorsatukan oleh kita semua. Walaupun dengan berbagi belum mampu menyelesaikan permasalahan, rasa persaudaraan yang muncul akan mengusir kekhawatiran sebagian pihak tentang kelangsungan ”hidup”.
Beban yang berat akan terasa ringan jika dipanggul banyak orang, demikian juga dengan beban hidup sebagian saudara kita. Saling menasihati tentang kebenaran dan kesabaran juga tak kalah penting. Bila semua hanya pandai mengeluh, bukan hanya tidak menyelesaikan masalah, tetapi menjadikan suasana tambah keruh.
Kepedulian
Kita patut bersyukur sejak akhir Maret hingga memasuki Ramadan kepedulian tumbuh subur di kalangan sebagian umat. Di tengah kondisi yang memprihatinkan seperti sekarang, kita menjumpai banyak manusia yang menampakkan watak asli.Mungkin mereka tidak sadar, tetapi semua itu terlihat nyata dalam ucapan, tindakan, dan pola berpikir. Bila sebagian menunjukkan kepedulian, sebagian yang lain acuh tak acuh. Jangankan kepada umat secara umum, kepada tetangga, keluarga, dan pegawainya saja sama sekali tidak menunjukkan kepedulian.
Watak asli mereka muncul; egois, kikir, dan jauh dari sifat kasih sayang. Walaupun hanya keuntungan saja yang berkurang, bukan penghasilan pokok yang berkurang, keluhan mengalahkan mereka yang tak berpenghasilan.
Yang lebih parah adalah mereka yang memanfaatkan kondisi untuk meraup keuntungan. Mereka bukan peduli, tetapi menimbun barang dengan tujuan menaikkan harga, mengejar keuntungan. Selain dilarang oleh pemerintah, yang demikian juga tercatat sebagai dosa dalam agama.
Nabi SAW bersabda, “Siapa menimbun barang dengan tujuan agar bisa lebih mahal jika dijual kepada umat Islam, maka dia telah berbuat dosa.” Dalam riwayat lain, pelakunya akan dilaknat.
Ulah manusia yang demikian inilah yang membuat harga barang tertentu naik, bahkan sebagian menjadi langka. Termasuk beberapa jenis obat, vitamin, alat pelindung diri (APD), masker, dan lain-lain yang sangat dibutuhkan manusia lain. Mungkin secara kasat mata mereka meraup keuntungan, namun pada hakikatnya menanam dosa dan pada saatnya akan menuai kebinasaan.
Disadari atau pun tidak, mereka akan menambah sengsara bahkan mungkin kematian manusia lain. Dengan berbagai kepada sesama yang mengedepankan persaudaraan dan kasih sayang, insya Allah kita akan mampu melewati kondisi pandemi ini dengan aman dan tenang. Inilah yang wajib kita lakukan, sekaligus untuk mengejar ampunan dan rahmat Allah pada Ramadan.
Muhsin Al-Jufri Mubalig dan salah seorang pemrakarsa Forum Silaturhami Minggu Legi (Fosmil) di Kota Solo