Esposin--Dalam perspektif aqidah Islam, pada dasarnya setiap manusia menghadapi dua macam ujian dalam hidup ini, yaitu ujian kebaikan dan keburukan. Ujian kebaikan berupa kenikmatan dan kelapangan yang diberikan Allah sehingga mendatangkan kesenangan dan kebahagiaan.
Promosi Borneo FC dan Kejamnya Drama Sepak Bola
Ujian keburukan berupa musibah atau peristiwa berkurangnya sesuatu yang disenangi itu sehingga menimbulkan kesempitan dan kesedihan.
Al-Qur’an menginformasikan bahwa “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiya/21: 35).
Kebaikan dan keburukan bisa ditimpakan kepada siapa saja, baik orang yang kaya maupun miskin, yang muda maupun tua. Allah akan menguji manusia dengan berbagai kemudahan dan kesenangan berupa harta, kedudukan, keturunan dan lain-lain. Pada waktu lain Allah juga menimpakan sesuatu yang menyusahkan, memberatkan, dan menyakitkan.
Kualitas Manusia
Ujian hidup yang diberikan Allah tentu saja mempunyai tujuan yang baik bagi manusia. Di antara tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas manusia itu sendiri dalam menjalan hidup dan berkehidupan. Dengan ujian akan tampak siapa yang tetap menjaga martabat diri dengan bersyukur dan siapa yang kufur (ingkar), siapa yang bersabar dan siapa yang putus harapan.Dengan demikian, keberhasilan menghadapi ujian kebaikan dan keburukan sangat dipengaruhi oleh tingkat keimanan seseorang. Allah dan Rasul-Nya telah memberikan tuntunan agar manusia melihat dan memahami apa yang terjadi padanya secara bijaksana.
Bagi orang yang sadar akan peningkatan kualitas hidup, ujian akan disikapi dengan sangat bijak. Bahwa kesanggupan menghadapi ujian adalah salah satu tangga yang harus dilalui untuk dapat menilai kualitas hidupnya. Namun, jika memahami ujian itu sebagai hambatan dalam meraih suatu tujuan akan berakibat pada menurunnya kualitas manusia. Kegagalan menghadapi ujian akan cenderung mengarahkannya pada perilaku putus harapan.
Islam mengajarkan apa yang terjadi pada diri seseorang mengandung hikmah dan kebaikan. Bahkan peristiwa dan tujuan bisa terkesan bertolak belakang. Sesuatu yang dianggap buruk dan dibenci ternyata mengandung banyak kebaikan. Begitu juga sebaliknya, sesuatu yang dianggap baik dan disukai dapat pula mengandung keburukan.
Peneguhan Keimanan
Disebutkan dalam Al-Qur’an, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi [pula] kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah/2: 216).Lebih lanjut, Nabi Muhammad SAW memberikan peneguhan keimanan seseorang akan terus membawanya pada kebaikan. Tidak ada kerugian dan kemudaratan bagi seorang mukmin dalam menghadapi ujian karena apa pun yang diberikan Allah, baik kenikmatan maupun kesedihan, merupakan kebaikan baginya.
“Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Segala sesuatu yang terjadi padanya semua merupakan kebaikan. Ini terjadi hanya pada orang mukmin. Jika mendapat sesuatu yang menyenangkan dia bersyukur, maka itu kebaikan baginya. Jika mendapat keburukan dia bersabar, maka itu juga kebaikan baginya” (HR Muslim).
Seorang mukmin dalam kondisi kesusahan akan mendapat kebaikan berupa pahala atas kesabarannya, dan dalam kondisi lapang dan senang akan mendapat kebaikan berupa pahala orang yang bersyukur. “Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang rida [terhadap ujian tersebut] maka baginya rida Allah dan barang siapa yang marah [terhadap ujian tersebut] maka baginya murka-Nya” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Mutohharun Jinan Direktur Pondok Shabran Universitas Muhammadiyah Surakarta