Esposin--Judul di atas bukan untuk memperkuat pandangan dikotomik yang selama ini diyakini masyarakat, yaitu adanya agama langit dan agama bumi. Alih-alih mengabaikan pandangan tersebut dan mengajak untuk memandang agama secara fungsional bagi manusia secara universal.
Promosi Borneo FC dan Kejamnya Drama Sepak Bola
Membumikan agama adalah bagaimana memperkuat respons keberagamaan agar lebih mengarah dan menyentuh aspek-aspek pemuliaan kemanusiaan secara universal. Bukan sekadar respons keberagamaan komunal dan personal yang minim daya ungkit bagi kemaslahatan bersama.
Memang sangat mudah dimengerti partisipasi dan pelaksanaan seseorang ke dalam agama biasanya bersifat parsial, dibatasi oleh kemampuan, pilihan serta kuat-lemahnya komitmen iman seseorang. Setiap orang akan memiliki aksentuasi atau penekanan pada aspek tertentu dalam melaksanakan dan merefleksikan nilai-nilai ajaran agamanya.
Pendek kata, pada dasarnya orang beragama tidak sanggup menunjukkan respons yang utuh dari aspek keberagamaan yang dapat dihayati oleh manusia. Ada sebagian orang yang menekankan keberagamaan secara personal-sufistik, dengan tujuan untuk mencapai kesempurnaan diri agar dapat menyatu dengan Tuhan. Ada pula orang yang menekankan pentingnya membangun solidaritas bersama dengan seruan untuk melindungi dan memperbanyak pengikut agamanya.
Sementara itu, sebagian lagi memilih respons keberagamaan yang menekankan pada refleksi dan penghayatan nilai-nilai agama bagi kehidupan kemanusiaan universal. Respons jenis ini akan lebih memperlihatkan agama sebagai kekuatan untuk menyemai kemuliaan hidup bersama melalui keterlibatan dalam setiap upaya menyelesaikan persoalan yang dihadapi manusia.
Secara individual agama berfungsi sebagai kekuatan moral yang ampuh. Ajaran agama mendorong orang berbuat baik, menjauhkan diri dari kejahatan dan hawa nafsu, mengejar ketenteraman dan keselamatan di dunia maupun akhirat. Agama memotivasi orang untuk mengamalkan kebaikan kepada sesama dalam semangat pengabdian kepada Yang Maha Kuasa.
Panggilan Kemanusiaan
Dalam konteks hidup bermasyarakat dan bernegara, penekanan aspek keberagamaan yang beorientasi pada keselamatan kemanusiaan universal perlu dikuatkan secara berkelanjutan. Hikmah hidup keberagamaan haruslah bermuara pada karya-karya kemanusiaan dan komitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan tanpa harus dibatasi sentimen kelompok, baik komunitas, warna kulit, suku dan bangsa.Secara praktis karya-karya kemanusiaan itu misalnya keunggulan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang diliputi solidaritas, tolong menolong, saling menguatkan, membantu yang lemah, dan kebersamaan dalam menyelesaikan persoalan hidup. Seperti yang sekarang ini sedang terjadi, seluruh warga bangsa menghadapi pandemi virus yang membahayakan kehidupan manusia. Pencegahannya tidak saja menjadi tugas pemerintah, tetapi juga menjadi kewajiban seluruh warga dan lembaga agama.
Khususnya bagi umat Islam harus lebih mampu membuktikan komitmen dan karya-karya kemanusiaan untuk kemajuan dan kebajikan bersama. Panggilan kemanusiaan ini tidak boleh gagal agar Islam sebagai agama keselamatan menjadi pencerah bagi kehidupan. Kegagalan dalam karya-karya kemanusiaan akan menggiring umat beragama menjadi beban hidup.
Salah satu kegagalan umat beragama adalah ketidakmampuannya untuk memelihara prestasi agamanya yang amat monumental dalam menegakkan etika dan etos kebersamaan dalam hidup bermasyarakat. Jangan biarkan kecenderungan keberagamaan yang mengarah pada himpunan dogma teologis yang memenjarakan hidup pada komunalisme. Secara moral agama wajib diamalkan dengan sekuat tenaga demi kemaslahatan bersama.
Bulan Ramadan merupakan salah satu momentum yang tepat untuk membumikan agama dengan mengasah sikap keberagamaan yang menjunjung tinggi kebersamaan untuk kebajikan kemanusiaan.
Mutohharun Jinan Direktur Pondok Shabran Universitas Muhammadiyah Surakarta