Esposin--Iktikaf merupakan ibadah yang dianjurkan pada 10 hari terkahir bulan Ramadan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Iktikaf adalah berdiam diri di masjid melakukan kegiatan ibadah dan bertakarub kepada Allah SWT (QS Al-Baqarah/2: 187).
Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda
Iktikaf juga dapat dimaknai mengonsentrasikan hati supaya beribadah penuh kepada Allah, menyendiri dengan Allah, dan memutus dari berbagai macam kesibukan dengan makhluk dengan meninggalkan rutinitas sehari-hari.
Dengan melakukan iktikaf, kaum muslim dapat melepas segala jerat di kehidupan dunia. Kemudian mencoba mengembalikan diri dan keimanan dengan fokus mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah SWT.
Ibadah ini dapat memberikan kesempatan bagi kaum muslim untuk mendapatkan manfaat yang maksimal pada Ramadan. Iktikaf untuk mengasah roh dan mengembalikan kepada Allah dengan mentransendensikan diri dari kecenderungan bermaksiat dan menghidupkan jiwa takwa.
Dalam hidup ini memang ada kalanya memerlukan waktu khusus untuk berdiam agar dapat berkosentrasi memerhatikan dan memperbaiki diri. Berdiam dan berhenti sejenak dari berbagai aktivitas keseharian untuk mendapatkan energi baru guna melanjutkan proses kehidupan selanjutnya.
Proses semacam ini tidak saja diperlukan bagi manusia dalam menjalani dinamiki kehidupan, tetapi juga terjadi pada mahkluk lain, yaitu binatang. Seekor ular berumur tua dan kulitnya kusam bisa memperbarui penampilan melalui proses shedding beberapa hari, kulit lama mengelupas berganti kulit baru yang lebih cerah dan segar.
Seekor ulat yang membuat banyak orang tak suka berubah menjadi kupu-kupu yang bersayap indah juga melalui proses metamorfosis, yakni berdiam beberapa waktu di tempat tersembunyi, tidak makan dan tidak minum. Masih banyak contoh lain tentang perlunya diam untuk memperoleh spirit baru.
Allah melalui rasul-Nya mengajarkan agar manusia memiliki spirit baru yang lebih segar dan mencerahkan dengan berdiam dalam keheningan, yaitu beriktikaf. Ada banyak makna dan hikmah di balik sunah iktikaf. Pada saat beriktikaf dianjurkan untuk memperbanyak zikir, membaca Al-Qur’an, berdoa dalam keheningan jiwa.
Berdiam diri sangat tepat untuk melakukan muhasabah (introspeksi diri) terhadap hal-hal yang telah dilakukan, melihat kekurangan dan kelemahan diri untuk kemudian memperbaiki diri, meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan, dan memperbarui hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia.
Kebutuhan manusia untuk beriktikaf sejatinya sangat diperlukan, terlebih hidup pada zaman yang semakin dinamis saat ini. Kesibukan orang dalam memenuhi kebutuhan, mencari nafkah sehari-hari, seakan-akan tidak pernah cukup.
Beraktivitas sepanjang hari, siang, dan malam digunakan untuk bekerja guna memenuhi hajat hidup. Karena itulah, diperlukan waktu khusus yang jauh dari keramaian dan kebisingan serta aktivitas sehari-sehari untuk lebih meresapi atas apa yang dilakukan.
Setiap orang perlu menata ulang dan reorientasi aktivitas yang telah dilakukan agar lebih teratur mana yang lebih didahulukan mana yang harus ditinggalkan. Di antara hikmah yang dapat diraih dari ibadah iktikaf adalah proses dialog spiritual secara internal dengan diri sendiri.
Ada juga proses penyadaran diri secara intensif dan jernih sambil memohon ampun atas kekhilafan kepada Allah. Dialog dan penyadaran dilakukan dengan berbagai ibadah seperti berzikir dan berdoa, melaksanakan salat-salat sunat, dan tadarus Al-Qur’an, serta membaca buku-buku dan mendiskusikan masalah-masalah agama.
Dituntunkannya iktikaf juga mengajak untuk menyelesaikan beragam persoalan di masyarakat dari kacamata yang jernih, berbasis pemahaman yang mendalam atas berbagai gejala di masyarakat. Intensitas pemahaman yang baik akan menumbuhkan spirit baru yang lebih menggugah.
Mutohharun Jinan Dosen di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta