Namun yang berhubungan dengan HP, dia nggak berani. Maklum, pernah ada pengalaman buruk kecekel HP-nya pas ujian SMA dulu.
Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia
Ujian hari pertama dan kedua berjalan lancar tanpa hambatan. Namun di hari ketiga ada kesalahan teknis, saat ujian berlangsung tiba-tiba ada HP berbunyi. Cempluk langsung gembrobyos takut kena sanksi.
”HP siapa yang berbunyi itu?! Sudah saya peringatkan dari awal tadi, HP harap dimatikan atau didiamkan sampai ujian selesai!” gertak BU Lady Cempluk, guru pengawas.
Ditunggu-tunggu, namun tak ada satu pun siswa yang mengaku.
”Apa HP-ku mau lali durung tak silent ya?” batin Gendhuk, karena ia tahu persis nada dering itu miliknya.
Meski agak ragu, akhirnya Gendhuk secara jujur mengakui kalau itu bunyi HP-nya, ”Maaf Bu, itu suara HP saya. Tadi lupa saya diamkan.”
Sambil berjalan lemas, Gendhuk Nicole maju lalu membuka tasnya yang sudah dikumpulkan di depan kelas. Namun setelah dibuka ternyata HP Gendhuk sudah dalam keadaan silent alias diam. Artinya, bunyi HP barusan tadi bukan berasal dari HP-nya. Muka Gendhuk langsung memerah, bingung mau ngomong apa sama Bu Cempluk. Karena sudah kebacut isin, ia tidak ngaku kalau yang berbunyi tadi bukanlah dari HP-nya, takut diisin-isin teman sekelas.
Setelah ujian selesai. Jon Koplo menghampiri Gendhuk Nicole sambil ngempet guyu. ”Matur nuwun ya Ndhuk, wis ngakoni salahku. Kae mau sing muni HP-ku!” ujar Koplo. Ternyata HP Jon Koplo memang persis plek dengan milik Gendhuk Nicole.
Gendhuk pun langsung mak prepet, isin campur anyel. -
Oleh : Kiriman Vitri Miyasari, Jl KH Samanhudi No 98 Sondakan, Laweyan, Solo 57147