Melihat penampilan Indrawan Yudhi Prihanto barangkali yang terbayang di benak adalah sosok preman atau anak jalanan. Rambutnya yang gondrong bisa menambah keyakinan kalau dia orang yang senang di jalan. Indrawan memang senang di jalan karena dia suka berpetualang.
Promosi Persib Bandung, Timnas Indonesia dan Percaya Proses
Tapi, jangan buru-buru memberi dia label negatif. Pria kelahiran Solo, 18 April 1977 itu, memiliki seabgrek aktivitas yang bersifat sosial kemasyarakatan.
Suami Siti Faizah itu akrab dengan berbagai lapisan masyarakat. Indrawan bercita-cita menjadi penyantun terbaik yatim dan duafa. Mati dalam saksi dedikasi atau syahid.
“Hidup adalah kematian, bila ruh jihad telah hilang. Mayat itu bukan hanya yang dikubur tapi siapa-siapa saja yang hidup dengan semangat terkubur. Jihad itu tidak merusak dan merugikan banyak umat. Jihad itu bagaimana bisa memberikan manfaat untuk orang lain, membuat keadaan menjadi lebih baik. Secara sungguh-sungguh membangun maslahat,” ujar Indrawan.
Ayahnda Muhammad Aufa Bima Athaya, Khansa Adzkya Firdausie, Fahri Qolbie Ahmada dan Zein Ahmad Ghaitsu Arzaq kepada Esposin, Kamis (3/5/2012), mengemukakan jihad itu membangunkan kesadaran diri, lingkungan serta cenderung mengayomi dengan dakwah bukan menakut-nakuti.
Dedikasinya kepada anak yatim tidak hanya ucapan belaka. Banyak hal yang sudah dikerjakannya. Indrawan pernah menjadi Master Trainer dalam Super Camp 2011 untuk 250 anak yatim Semarang, Solo, Yogya dan Madiun, di Segorogunung Karanganyar.
Di tahun 2010, banyak sekali agenda mentraining yang dilakukan Indrawan. Antara lain mentraining anak panti Asuhan Yatim Nur Hidayah Surakarta di Segorogunung, mntraining Anak-anak yatim Kota Salatiga Jawa tengah. Lazis Al-Ihsan di Aula Masjid Agung Salatiga. Mentraining Anak- anak Yatim Kota Temanggung Jawa tengah. Lazis Al-Ihsan di taman Kartini. Trainer dan pengelola Jambore 1000 Anak Yatim bersama Lazis Al-Ihsan Jateng di Bumi Perkemahan Kepurun Prambanan Klaten.
Pada tahun 2009, dia mentraining dan melatih ustaz pengasuh yatim, pengasuh panti Asuhan se Surakarta dan pengelola ZIS Jateng.
Ada visi yang ingin dicapai alumnus Program Studi Seni Keramik, Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo itu. Yakni menjadi inspirator jutaan manusia dimasa depan pada tahun 2020. Misi yang diembannya yaitu menjadi manusia yang berkontribusi dan dedikasi terbaik dengan manfaat nyata. Indrawan berobsesi memiliki keahlian yang dimiliki lebih dari 50 ahli. Sekarang ini, dia sudah memiliki lebih dari 25.
Direktur Komunitas Pintu Indonesia itu banyak menggeluti berbagai profesi. Di antaranya founder dan master trainer quantum confidence, art director & designer artist, arrangger & composser.
”Kami memiliki banyak cabang untuk menaungi banyak wilayah. Masih banyak masyarakat yang harus dilayani,” ujar pendiri Sanggar Teater Santri Sang Jiwa tersebut.
Pemilik Apotik Trowangsan, Colomadu Karanganyar itu berupaya menggandeng semua orang untuk bekerja sama. Mulai dari pelajar, mahasiswa, anak yatim piatu, PSK dan lain sebagainya.
”Saya tidak senang menggurui. Yang kami bangun adalah pola kedekatan. Menurut Imam Syafi’i, lancarnya proses pendidikan adalah dekat dengan guru,” papar Indrawan.
Dia menyatakan ketika meminta seseorang untuk melakukan sesuatu tidak perlu memerintah. Pembina Grup Nasyid (Song of Morality and Struggle) Zukhruf itu menyadari seseorang tidak bisa sukses sendirian. Perlu membangun energi bersama dan membangun dari yang kecil-kecil terlebih dahulu.
Di dunia seni, Indrawan kerap mengikuti berbagai pameran baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Sejumlah pameran yang ia ikuti antara lain Pameran Alat Musik Etnik pada Solo International Ethnic Music (SIEM) di Pendapi Gedhe, Solo, Pameran alat musik akustik Unen-Unen dan jam session bersama Djaduk Ferianto dkk, di Bentara Budaya Yogyakarta serta Pameran Perkusi dan Kerajinan di Kish Island Trade Centre Internasional, Iran.