Langganan

Intip Tips Ini, Agar Orang Tua Tak Terjebak Fenomena Toxic Parents

by Bayu Jatmiko Adi  - Espos.id Bugar  -  Jumat, 4 Oktober 2024 - 07:47 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi orang tua dan anak (Freepik)

Esposin, SOLO — Memberikan hal terbaik untuk anak sudah semestinya diinginkan para orang tua. Namun jangan sampai karena dalih sangat sayang pada anak, justru memberikan pola pengasuhan keliru yang justru jadi racun pada tumbuh kembang anak secara mental.

Psikolog Rumah Sakit (RS) JIH Solo, Arida Nuralita, MA., Psikolog, membagikan beberapa tips yang bisa dilakukan orang tua agar terhindar dari fenomena toxic parents, yang justru akan merusak kesehatan mental anaknya.

Advertisement

Tips pertama yang perlu diperhatikan adalah pentingnya memperbanyak literasi tentang pola pengasuhan anak yang baik. Di era saat ini, literasi tersebut sudah bisa dengan mudah didapatkan. Misalnya melalui artikel-artikel online. Orang tua bisa juga melakukan konsultasi dengan professional ahli.

Tips kedua yakni kesadaran diri, bahwa orang tua tidak 100% sempurna. Sebagai sosok yang tidak 100% sempurnya, memungkinkan adanya kesalahan yang tidak disadari dilakukan pada anak. Jika hal itu disadari orang tua, maka akan mudah menerima dan bisa melakukan introspeksi serta segera melakukan perbaikan.

Advertisement

Namun ketika kesadaran tersebut tidak ada, bahkan memunculkan penolakan yang kuat ketika ada saran atau pengetahuan yang dia dapatkan, instrospeksi juga tidak akan ada.

"Ketika tidak ada introspeksi, parenting-nya tidak akan ada perbaikan. Jadi perlu adanya kesadaran yang dibarengi dengan penguatan literasi," kata dia. 

Advertisement

Tips ketiga yakni membangun komunikasi yang sehat dengan anak. Komunikasi ini bukan sekedar memposisikan orang tua yang memiliki bank nasehat, sehingga ketika berkomunikasi dengan anak, orang tua terus menyampaikan nasehat. Tapi yang terpenting adalah bagaimana sebagai orang tua mampu menyediakan diri untuk mendengarkan anak.

"Alih-alih kontrol yang berlebihan, mengendalikan semua aspek kehidupan anak, itu kita perbaiki dengan komunikasi yang sehat, dengan mendengarkan anak, mencoba memahami lebih jauh apa yang diinginkan anak," jelasnya.

Tips keempat, orang tua bisa membiasakan untuk lebih banyak menggunakan bahasa "aku" dibandingkan "kamu" saat berkomunikasi dengan anak. Kata-kata "kamu kok telat pulang kenapa?" bisa diganti dengan kalimat "mama khawatir menunggu kamu yang dari tadi belum pulang-pulang".

Dengan bahasa aku, anak akan lebih merasa tidak dipojokkan. Anak juga akan menjadi lebih peduli bahwa keberadaanya di dunia ini juga bisa membuat khawatir orang lain ketika dia berbuat seenaknya. Selain itu anak akan belajar memahami bahwa perilakunya juga berdampak untuk orang lain.

Tips berikutnya adalah melibatkan anak dalam proses perubahan. Tidak ada salahnya orang tua sekali waktu sedikit merendahkan hati, minta tolong kepada anak untuk mengingatkan ketika orang tua berbuat tidak benar. Dengan begitu anak merasa punya peran di dalam keluarga. 

 

Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif