Setelah mubeng-mubeng, Gendhuk melihat sepatu sandal berwarna merah ngejreng yang memikat hatinya. Kebetulan sepatu itu diskon 30%. Gendhuk pun mengeluarkan HP-nya dan membuka kalkulator untuk menghitung harga sepatu setelah diskon. Harganya hanya Rp50 ribu. Gendhuk pun girang dan segera membayar sepatu itu di kasir.
Promosi Borneo FC dan Kejamnya Drama Sepak Bola
Setelah Gendhuk membayar, SPG toko tersebut mengatakan, “Mbak, ini anda dapat kupon Rp50 ribu.”
“Weleh, Tuku 50 ewu entuk kupon 50 ewu. Penak tenan ik,” batin Gendhuk.
Tanpa memperhatikan keterangan kupon tersebut, Gendhuk kembali mubeng-mubeng melihat-lihat sepatu. Ibu Gendhuk tiba-tiba melihat sepatu bagus sekali. “Ndhuk, ibuk pingin sepatu iki.”
“Lha regane pira?” tanya Gendhuk.
“140 Ewu Ndhuk. Engko rak kari mbayar 90 ta?”
Gendhuk dan ibunya pun mengambil sepatu itu dan membawanya ke kasir. “Mbak saya mau beli ini. Dan ini kuponnya,” kata Gendhuk kepada SPG di kasir.
Lalu SPG itu pun menjawab, “Maaf, Mbak, kupon ini tidak bisa digunakan, karena harus berbelanja lebih dari 300 ribu dulu. Coba lihat keterangannya.”
Mak Jegagik. Gendhuk dan ibunya pun kaget, dan memutuskan tidak jadi membeli sepatu tersebut. “Ya wis Mbak naknu ra sida tuku!” kata Gendhuk sambil ngetiging bersama ibunya keluar dari toko tersebut dengan kisinan.
Fatikhah Dwitasara, MTs Negeri Padan, Klaten