Alkisah, sepekan menjelang puasa lalu di permakaman desa Jon Koplo di Sukoharjo ramai dikunjungi peziarah yang biasa disebut nyadran. Sesuai adat turun temurun, keluarga besar Jon Koplo pun tak ketinggalan untuk menengok makam bapaknya yang telah meninggal puluhan tahun lalu.
Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan
Sayangnya, ketika mereka siap berangkat, Tom Gembus justru mbelot, tidak mau ikut. Ia memilih bermain dengan temannya. Tak kurang akal, Jon Koplo pun membujuknya.
“Le, ayo nengok Simbah, nanti dikasih pitrah,” bujuknya mengingatkan waktu Lebaran biar Gembus tertarik untuk ikut.
Sesampainya di permakaman, Gembus tampak bingung. Ia pun bertanya kepada ayahnya. “Pak, lha Simbah endi?”
“Iki lho Le, sing ireng iki Simbah,” jawab Koplo sambil menunjuk sebuah makam bernisan warna hitam.
Mendengar pernyataan sang ayah ekspresi Tom Gembus berubah jadi sedih.
“Lhoh, kok Simbah dadi watu Pak? Apa Simbah ya durhaka kaya Malin Kundang…?”
Jon Koplo kaget mendengar pertanyaan cerdas anaknya. Ia hanya bisa kukur-kukur sirah, bingung bagaimana harus menjawabnya.
Hanputro Widyono, Tirisan RT 001/RW 023 Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo