Hal inilah yang semakin membuat guru calon peserta UKG resah. Tak luput Lady Cempluk, guru salah satu SMA swasta markotop di Kota Solo yang seksi (seket siji umure). Cempluk uring-uringan karena merasa belum siap. “Maklum Dik, wis tuwa kok isih dikon melek iptek,” begitu alasannya.
Promosi Sejak Era Sukarno, Sejarah Timnas Indonesia Jangan Kalah dari Malaysia
Meski sudah dijelaskan berkali-kali tentang persyaratan dan segala tetek bengeknya, Cempluk masih tetap kurang percaya diri. Ia masih tanya-tanya soal persyaratan mengikuti UKG.
Pada saat menjelang hari H ujian, sekali lagi Lady Cempluk bertanya kepada Jon Koplo, rekan sejawatnya. “Eh, Dik, yang harus dibawa besok apa saja?” tanyanya.
“Jangan lupa ngasta foto kopi sertifikatnya, Bude, buat mencocokkan nomor peserta sertifikasi dan UNPTK,” terang Koplo.
Nah, peristiwa ngguyokke terjadi saat Cempluk bersama rekan-rekan guru sudah siap berangkat menempuh ujian. Ternyata yang dibawa Cempluk bukan fotokopi sertifikat pendidik melainkan sertifikat kepemilikan tanah!
“Iki ta Dhik, sing kudu di gawa?” tanya Cempluk dengan polosnya.
Keruan saja rekan-rekan guru langsung pada ngguyu ngakak bahkan sampai ada yang terjongkok-jongkok.
“Walah, Budhe Cempluk ki piye ta? Yang dibawa itu foto kopi sertifikat pendidik yang satu lembar itu lho. Bukan sertifikat tanah,” jelas Jon Koplo. Cempluk hanya bisa pecuca-pecucu menyesali kekonyolannya.
FX Triyas Hadi Prihantoro, SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Solo.