Dengan bertelanjang dada dan kalungan andhuk Jon Koplo segera melangkah ke sumur umum. Di situ sudah terlihat Gendhuk Nicole dan Lady Cempluk, dua keponakannya yang masih TK, sedang mandi di luar sambil ciprat-cipratan air.
Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda
"Dasar bocah! Tidak ngerti lagi susah air malah ciprat-cipratan!" omel Koplo gusar.
"Lik, tolong Cempluk dong, nggak bisa pakai sabun cairnya tuh," pinta Gendhuk Nicole sambil menunjuk Lady Cempluk yang kesulitan mengeluarkan sabun cair dari botolnya.
"Makanya jangan bergaya kayak orang kota! Mandi pakai sabun cair segala! Sini!” ujar Koplo sambil mendekati dua keponakannya itu.
"Bukannya bergaya, Lik, ini kan oleh-oleh Pakde Tom Gembus yang liburan kemarin mudik sekeluarga!" sahut Cempluk.
Jon Koplo pun membantu memencet botol sabun cair itu biar bisa keluar isinya. "Wong ndesa itu mandi nggak usah pakai sabun kayak gini. Sabun batangan saja. Atau, kalau perlu pakai batu juga bisa. Lebih praktis," kata Koplo sewot karena merasa direpotkan.
Setelah itu, Jon Koplo menimba air mengisi bak kamar mandi tanpa atap itu. Selesai menimba, ia pun masuk dan jebar-jebur mandi. Namun ketika tubuh bugilnya sudah basah kuyup ia baru ingat, “Wadhuh, sabun mandiku ketinggalan!” sambatnya.
Ia pun menongolkan kepalanya, melongok dua ponakannya yang mandi di luar. "Ndhuk, minta sabunnya sedikit! Sabun Lik ketinggalan!"
Tak disangka, Lady Cempluk tiba-tiba nyeletuk, "Lik, pakai batu saja! Lebih praktis!" Disambut tawa cekikikan Gendhuk Nicole. "Wong ndesa itu sabunnya pakai batu saja! Hahaha!"
Wajah Jon Koplo jadi merah tak bisa menjawab celotehan keponakannya. Sialan.
Wakhid Syamsudin, Sidowayah RT 001/RW 006 Ngreco, Weru, Sukoharjo 57562