Momen akhir bulan Desember tepatnya tanggal 22 Desember merupakan hari yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia karena memperingati Hari Ibu. Tetapi memperingati Hari Ibu terutama bagi Mas behi beberapa tahun yang lalu saat usia remaja tidak akan ia lupakan. Begini lengkap ceritannya.
Mas Behi adalah seorang remaja yang masih usia sekolah tingkat menengah merupakan anak Tokeh alias tunggale okeh dari keluarga besar Jeng Janeth dan Den Baguse. Sebagai anak pertama wajar jika Mas Behi kuasa, dan ingin dituruti semua keinginannya. Tetapi ada sifat kurang baik dari mas behi yang suka teledor dan kadang menghalalkan segala cara agar keinginannya tercapai. Terutama dalam hal merayu dan memikat siapapun.
Promosi Borneo FC dan Kejamnya Drama Sepak Bola
Dalam hal mempengaruhi orang Mas Behi enggak usah diragukan lagi, pokoknya udah bisa dibilang kelas nomor wahid. Modal jurus dan cara berpura- pura Mas Behi bisa menjalankan semua aksinya termasuk saat mas behi mengalami kesalahan.
Waktu itu, kebetulan hari Senin Mas Behi mejeng pakai motor baru sehabis merayu dibelikan jeng janeth ibunya. seperti biasa sekolah mas behi rutin ada upacara bendera sekaligus memperingati Hari Ibu.
“Anak-anak tingkatkan rasa berbakti kepada ibu. Ia yang melahirkan kita, mencukupi kebutuhan kita. Wajar jika Tuhan menaruh surga di kaki ibu,” ungkap John Koplo kepala sekolah Mas Behi saat memberi sambutan.
Memang dasarnya Mas Behi yang cerdasnya tingkat tinggi, kata-kata gurunya dimasukan dan disimpan dalam hati. “Wah...benar juga. Ibu sudah mencukupi aku dengan motor baru. Akan kucium kaki ibu. Pasti aku dapat simpatinya. Tercapailah keinginanku berikutnya,” celetuk Mas Behi.
Sore itu Mas Behi pulang sekolah dan mampirlah ke warung. Sepulang dari warung hatinya tengah dirundung pilu, wajahnya bingung, cemas, dan stres, karena motor baru miliknya tidak ada di tempat parkir. Setelah bertanya ke pemilik warung dan warga juga tak ada yang tahu.
“Aduh…piye iki? Motorku hilang. Dihajar aku nanti. Ini akibat teledor lupa mengunci motor,” kata Mas Behi sambil panik dan lemas. Maklum motornya baru dibeli secara kredit oleh Jeng Janeth ibunya. Mas Behi bingung saat akan pulang menemui Jeng Janeth ibunya.
Sudah menjadi barang latah, seperti biasa Mas Behi harus mengeluarkan jurus pertamannya yaitu merayu. Saat pulang Mas Behi langsung mempraktekan nasehat gurunya, “Ibu maafkan semua kesalahanku!” ungkap Mas Behi pada Jeng Jeneth sambil mencium kakinnya.
“Ooooh surga di kakimu luas ibu pasti mau memaafkanku kan!” sambil Mas Behi menjelaskan kalau surga di telapak kaki ibu. “Oooya! Tentu anakku,” jawab Jeng Janeth sambil senyum manis dan merasa aneh dengan aksi Mas Behi yang tak seperti biasanya.
Jurus keduanya pun ia keluarkan, “Ttttolong maafkan aku ya bu hari ini saja?” pinta nya lagi.
“Iya…apalagi kamu dah nyium kakiku nak,” jawab Jeng Janeth lagi sambil bingung. Keluarlah jurus ketiga, “motorku hilang bu,” sahut Mas Behi sambi cari perhatian. Jeng jeneth pun menjawab, “Pasti kamu Teleeedorrrrrr…dasar. Ini tak kasih kaki surga,” jawab Jeng Janeth sambil refleks menendangkan kakinya pada badan Mas Behi.
“Nasib-nasib…motor hilang kena tendang!” kata Mas Behi dalam hati.
Nailur Rahma
Sapen