Di luar urusan kemiliteran dan pembinaan teritorial yang menjadi tanggung jawabnya, Murdjoko ternyata punya perhatian tersendiri kepada para petani. Serangan hama wereng ataupun hama lain membangkitkan rasa empati pada putra kelahiran Sragen ini untuk berkarya sesuai dengan jiwa ke-TNI-an. Dia pun berinisiatif membuat program ketahanan pangan.
Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh
Letkol (Inf) Murdjoko membuat gebrakan dan mengimbau anggotanya agar setiap Makoramil di Wonogiri membuka lahan tidak produktif untuk ditanami tanaman pangan, baik tanaman padi, jagung, kacang, kedelai dan sebagainya. Menurutnya, semua tanaman itu untuk kepentingan ketahanan pangan. “Kondisi iklim ekstrem berdampak pada serangan hama pada tanaman padi di Wonogiri. Saya sendiri anak desa dan senang bertani. Untuk itu, salah satu upaya mengatasi kekurangan pangan adalah menanam tanaman lain,” ujarnya.
Dia pun membuat proyek percontohan di lahan milik petani di Desa Kepatihan, Selogiri. Di lahan tidak produktif itu, Dandim bersama Babinsa (Bintara pembina desa) dan pemilik lahan, menanam jagung dan hasilnya cukup baik. Murdjoko mengaku prihatin melihat kondisi petani. Menurutnya, kehidupan petani sangat menderita sejak serangan hama tidak tertanggulangi.
“Ditambah lagi dengan kesadaran petani yang belum mau beralih pola tanam dari tanam padi ke tanam tanaman lain. Jika tanaman padi tidak panen, maka ketersediaan pangan akan terganggu. Jika kondisi pangan terganggu akan berpengaruh terhadap kondisi wilayah. Mengancam keamanan wilayah. Untuk itu kami berharap setiap Makoramil bekerja sama dengan rakyat menyiapkan lahan baru. Setiap Makoramil menyiapkan lahan masing-masing satu hektare. Di Wonogiri terdapat 23 Makoramil ditambah Kodim, maka terdapat 24 hektare lahan baru untuk ketahanan pangan,” tegasnya.
Trianto Hery Suryono