Saat mengikuti babak penyisihan di Solo, Yusuf mengaku hanya iseng dan kebetulan diikutkan oleh pihak sekolah. "Saya bahkan belum pernah membuat roket air sama sekali," ujar dia kepada Esposin, Selasa (26/8/2014). Namun, saat perlombaan dia diajari karyawan STP membuat roket. Bahkan roket itu langsung diikutkan perlombaan.
Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia
Yusuf sempat pesimistis dengan hasil karya roket air. Pasalnya, ada kendala di pembuatan sayap atau penyeimbang. Pasalnya, menurut dia, jika berat sebelah bakal tidak seimbang. Tak berhenti di sayap, Yusuf juga galau pada pemberat roket yang terbuat dari plastisin. Pasalnya, jika terlalu berat roket air juga tidak bisa terbang. Saat perlombaan di STP, pada kesempatan pertama roket yang dibuatnya bisa melewati jarak sepanjang 70 meter dan masuk lingkatan yang berdiameter 20 meter. "Roket saya saat pertama bisa masuk lingkaran, dengan jarak dari titik tengah 3,8 meter," imbuh dia.
Saat kali pertama meluncur, roket yang dibuat patah. Sehingga pada kesempatan kedua, Yusuf memperbaiki roket itu. Meski gagal di kesempatan kedua, ia berhasil menjadi juara III dalam ajang tersebut dan kemudian mewakili Solo ke nasional, Jumat (15/8/2014) lalu. Yusuf menambahkan saat di Jakarta, dia mendapatkan banyak pengalaman. Dia bisa mengenal teman-teman dari seluruh Indonesia. Apalagi dia bisa tembus 15 besar dari 135 siswa se Indonesia. "Senang bisa kenal dengan semua teman dan bisa membawa nama Solo di level Indonesia," imbuh dia.