Seperti biasa, pagi itu Koplo bangun tidur dan cuci muka, ganti pakaian lalu berangkat kerja. Ketika akan keluar rumah, Koplo curiga karena pintu depan rumahnya terbuka.
Promosi Liga 1 2023/2024 Dekati Akhir, Krisis Striker Lokal Sampai Kapan?
Dan benar saja, setelah diteliti ternyata televisinya hilang. Marah, gusar, kecewa bercampur menjadi satu. Tapi percuma saja, ia yakin toh TV-nya nggak bakalan kembali.
"Ya sudah, diikhlaskan saja, Pak. Barangkali kita sedang diuji oleh Tuhan," hibur Lady Cempluk, istrinya.
Akhirnya Jon Koplo berangkat kerja dengan hati yang dongkol. Berhubung masih pagi, Koplo menjalankan busnya dengan pelan sambil mencari penumpang. Sesampai di sebelah timur desa, busnya dicegat seorang calon penumpang yang membawa bungkusan. Koplo segera menginjak rem dan menaikkan penumpang tersebut.
Pada awalnya Koplo menganggap biasa penumpang satu-satunya itu. Tetapi begitu melihat sarung yang dipakai untuk membungkus barang yang dibawanya, Koplo teringat sesuatu.
"Sarung itu kok mirip punyaku ya? Lha terus yang dibungkus itu apa?" batin Koplo curiga. Mau bertanya ke orang itu ia agak sungkan. "Ah, mungkin hanya sama motifnya saja," batin Koplo.
Ketika sampai di pom bensin saat mengisi solar, Koplo memberanikan diri untuk bertanya, "Njenengan wau saking pundi Mas?"
"Saking nggene sedherek kula, Mas," jawab orang itu.
"Saking sedherek kok wangsule mruput? Lha niki sing dibeta napa?" selidik Koplo.
"Niki tivi kok, Mas, badhe kula sade, napa njenengan purun numbas?"
Koplo langsung mak dheg, teringat tivinya yang hilang. Begitu dibuka, Koplo langsung teriak, “Lho, Mas! Iki tiviku sing ilang mau bengi! Mbus! cekeklen, wong iki maling tiviku!" teriak Koplo kepada kernetnya, Tom Gembus.
Merasa terancam karena aksinya konangan, tiba-tiba orang itu langsung loncat dari bus dan nggeblas melarikan diri. Namun Koplo masih bersyukur, meski tak bisa menangkap malingnya, tapi tivi-nya bisa kembali karena ditinggal di dalam bus.
(Maryadi, Pajangan RT 03/RW 04, Bolali, Wonosari, Klaten)