Sejatinya, menciptakan mobil nasional bukanlah perkara mudah, melainkan membutuhkan segala kesiapan, dimulai dengan standar baku, pelayanan pascajual, seperti juga ketersediaan suku cadang dan bengkel. “Oleh karena itu, sudah dipikirkan pula business plan terhadap segala kesiapan itu. Termasuk juga memroduksi massal yang seperti pada pesanan tersebut,” kata Susanta. Pesanan Esemka yang mencapai 5.000 lebih, tentu tidak dapat dilakukan saat kerja praktek para siswa SMK di sekolah.
Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia
Lebih lanjut Susanta menyampaikan, manfaat yang dapat dinikmati para siswa yaitu memiliki jaringan bisnis dan keterampilan memroduksi onderdil. Sehingga setelah lulus dapat segera menangkap peluang usaha, tanpa sibuk memasukkan lamaran kerja ke perusahaan. “Nantinya jika ini bisa dikonsumsi masyarakat, menghasilkan income dan bekal setelah lulus, merek punya link usaha,” imbuhnya. Kemampuan membuat onderdil atau body mobil akan memberikan peluang kerja dan para alumni.
“Merek bisa membuat onderdil atau body mobil itu dan kemudian dirakit. Melihat minimnya tempat kerja yang tidak seimbang dengan lulusan, semoga tidak banyak yang menganggur karena sudah memiliki bekal. Mereka bisa buka bengkel atau produksi suku cadang,” tuturnya. Bahkan sejak dini, di SMKN 2 Solo ada bisnis center manufaktur yang memiliki fungsi melatih para siswa di bidang bisnis. Bisnis center ini memroduksi sejumlah barang yang kemudian dipasarkan, sedang hasilnya dikembalikan ke siswa dalam wujud fasilitas keterampilan.
JIBI/SOLOPOS/Ahmad Hartanto