Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia
“Selama Ramadan saya mengandalkan alarm handphone untuk memastikan waktu berbuka karena masjid sangat jauh. Jika ingin ke sana harus menggunakan bus dulu,” terangnya. Selain banyak orang yang belum mengetahui tentang ibadah puasa Ramadan, warga bebas makan-minum di tempat terbuka serta cuaca yang kurang mendukung, tantangan lain yang harus dihadapi anak pasangan A Iskandar Zulkarnain dan Ita Tresnawati ini, juga karena perbedaan lama waktu puasa. Ia hampir berpuasa selama 17 jam mulai pukul 03.00 dini hari hingga pukul 21.00 malam waktu setempat.
“Orangtua angkat saya kadang heran saya bisa tahan puasa berjam-jam. Begitu juga dengan teman-teman di sana, mereka bertanya apa saya tidak mati karena tidak makan. Kalau ditanya seperti itu saya menjelaskan dan mengenalkan Islam dengan diplomatis supaya mereka mudah mengerti,” katanya.
Sikap Ayya yang terbuka membuat keluarga dan teman-temannya begitu toleran dan menghormati keyakinannya sehingga ia bisa bebas mengerjakan ibadah. Selama Ayya puasa, misalnya, orangtua angkatnya menerapkan aturan kepada anggota keluarga lain di rumah tidak boleh makan-minum di sembarang tempat maupun di hadapan Ayya. “Kadang host mom rela bangun pukul 03.00 hanya untuk membangunkan dan mengingatkan saya sahur. Mereka belajar juga tentang makanan halal atau yang boleh saya makan,” ujarnya.
Hampir satu tahun tinggal di Belgia, apalagi bisa merasakan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri di sana bagi Ayya merupakan pengalaman yang cukup berharga dan sangat ia syukuri. Selain belajar toleransi dan menghormati, ia mengaku semakin kuat dalam memegang teguh keyakinannya.
Meski tidak ada yang mengawasi tapi Ayya mengaku bisa menjalankan puasa dengan tuntas, setiap waktu salat ia juga selalu menyempatkan diri meskipun di tempat yang sulit mendapatkan air sekalipun. Prinsip itu ia pegang teguh karena sejak kecil ia sudah mendapatkan pendidikan agama, orangtuanya juga kerap mengajaknya diskusi soal agama.
“Prinsipnya jadi diri sendiri termasuk saat saya ditanya mengapa tidak berjilbab dan tidak bercadar. Pertanyaan lain seperti mengapa harus salat, mengapa setelah wudu tidak boleh bersentuhan dengan orang lain saya menjawab apa yang saya tahu dengan bahasa yang mudah diterima, sebab di sana muslim cenderung dianggap sebagai teroris, anggapan itu yang coba saya luruskan,” katanya.
Lutifyah