Suatu hari Koplo mendapat tugas untuk menemui salah satu pejabat Bank Indonesia (BI) Kota Solo yang merupakan alumnus sekolah tersebut.
Promosi Borneo FC dan Kejamnya Drama Sepak Bola
Berbekal surat tugas, meluncurlah Jon Koplo dengan mengajak sohib seprofesinya, Tom Gembus, dengan mengendarai mobil sekolah. Setelah parkir, mereka berdua menemui satpam untuk meminta izin masuk ke bangunan yang menjadi cagar budaya Kota Solo itu.
"Pak, ini saya mendapat tugas untuk menemui salah satu pejabat BI. Ini surat tugasnya," ujar Koplo.
Setelah membaca surat tugasnya, satpam pun meminta Koplo meninggalkan kartu identitas, kemudian memberikan kartu tamu yang harus di bawa masuk sebagai identitas, sambil menjelaskan untuk naik ke kantor lantai tiga.
"Pak, kartu ini berfungsi untuk membuka pintu. Bapak nanti tinggal menempelkan kartu ini ke tombol yang ada lampu dekat pintu untuk membukanya," terang Pak Satpam.
Dua sohib kita ini pun bergegas menuju gedung untuk melakukan instruksi sesuai yang diarahkan.
Nah, peristiwa ngisin-isini terjadi setelah keduanya menemui salah satu pejabat BI. Ketika akan keluar, dengan sok percaya diri Koplo kembali melakukan instruksi seperti tadi. Namun ternyata pintunya tetap mbegegeg tidak bisa dibuka. Hampir sepuluh menit mereka seakan terpenjara di depan pintu sambil menggerutu, "Wah, lawange macet, piye iki mbus?"
Untunglah tak lama kemudian ada seorang petugas BI mendekat.
"Bapak-bapak, untuk membuka pintu keluar ini tidak perlu memakai kartu, cukup tekan tombol yang ada disamping ini," katanya.
Dengan agak malu malu, Koplo pun langsung menekan tombol pintu samping dan terbebaslah mereka dari sandera.
(FX Triyas Hadi Prihantoro, Guru SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Solo)