Minggu pagi, Lady Cempluk, warga Banyuanyar ini mengajak anaknya, Gendhuk Nicole berbelanja di mal terbesar di Solo. Karena belanjaannya banyak, begitu masuk supermarket, Gendhuk Nicole langsung mengambil troli dan mendorong mengikuti sang ibu.
Setelah muter-muter, sampai di mendekati bagian makanan keranjang dorong itu sudah terisi setengahnya.
”Bu, aku tak ambil makanan ringan dulu ya, titip keranjangnya,” kata Gendhuk sambil melepas trolinya, sementaran Lady Cempluk mengiyakan tapi tanpa menoleh ke belakang karena lagi asyik melihat-lihat handuk yang dipajang. Setelah milang-miling, Cempluk mengambil salah satu handuk yang digantung dan langsung memasukkannya ke dalam keranjang yang berada di belakangnya. Tiba-tiba terdengar suara, ”Bu, nyuwun sewu, itu keranjang saya,” kata seorang ibu yang juga tengah memilih barang.
Lady Cempluk yang merasa itu keranjang miliknya protes.
”Lho ini keranjang, Bu! Lha wong anak saya tadi yang membawanya,” ujarnya sewot karena merasa keranjangnya diakui orang lain. Maka eyel-eyelan pun terjadi.
Ketika Gendhuk Nicole datang dengan membawa beberapa makanan, ia merasa heran karena terjadi ribut-ribut.
”Ana apa Bu?” tanya Gendhuk Nicole.
”Iki lho, mosok krajange dhewe diaku-aku uwong,” wadul Cempluk sambil menunjuk keranjang di depannya. Gendhuk jadi heran, lalu berkata, ”Lho, Bu! Mbok dipirsane dhisik, kranjange dhewe rak sing kuwi,” terangnya sambil menunjuk keranjang yang berada di samping keranjang yang diributkan tadi. Mak plekunthis, Cempluk pun merasa sangat malu dan berulang kali mengucapkan maaf. Sambil berlalu meninggalkan Cempluk, ibu tadi berkata lirih, ”Wis salah, ngeyel!” Gendhuk Nicole tertawa ngikik melihat tingkah ibunya.
Kiriman Yuniar Dwi A, Jl Mataram VIII/8, Banyuanyar, Solo
Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia