Sampai di tempat tujuan, Cempluk dan Gendhuk disambut ramah oleh pegawai salon. Namun Cempluk agak kecewa setelah tahu pegawai yang biasa melayaninya dulu tidak ada. Karena sudah telanjur sampai di salon itu, akhirnya Gendhuk mau juga dilayani pegawai yang menyambutnya tadi.
Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh
”Mau potong rambut, Mbak, modelnya yang ini ya”, pinta Gendhuk sembari menunjuk gambar di sebuah majalah model rambut, kemudian melepas kuncirnya.
”Hloh, kok keriting, Mbak?” tanya pegawai itu agak kaget.
”Hla apa masalah kalau rambutku keriting, Mbak?’’ Gendhuk balik tanya.
”Ya, tidak sih, Mbak” kata pegawai itu.
Tanpa ba-bi-bu, rambut Nicole pun di-kres, kres, kres, tanpa disemprot-semprot dulu pakai cairan yang biasanya untuk potong rambut. Melihat gelagat yang aneh dari pegawai salon itu, Cempluk menanyakan kenapa tidak disemprot-semprot dulu seperti umumnya kalau mau potong rambut.
”Tenang saja Mbak, yang dipotong kan mbaknya ini, kok sampean yang ribut?” jawab pegawai itu agak nylekit.
”Tapi dia teman saya dan yang menyuruh potong rambut di sini saya karena sudah berlangganan lama,” jawab Cempluk mulai meradang.
Cempluk dan pegawai itu pun terlibat eyel-eyelan. Sementara Genduk Nicole yang duduk menghadap kaca jadi bingung melihat rambutnya yang sudah ndhak-wa dan pathing plenthas ngana kae.
Sambil melepas kain yang menutupi pundaknya, Gendhuk merogoh kantong celananya dan membayar ongkos potong rambut dengan mecucu. Setelah menerima ongkos, pegawai itu baru terus terang. ”Maaf ya Mbak, saya baru kali ini motong rambut, soalnya kapster yang biasa motong tidak masuk,” kata pegawai itu kepada Gendhuk Nicole.
”Wis, ora tak baleni meneh potong neng salonmu, Mbak!” kata Cempluk yang marah besar karena merasa malu berat kepada Gendhuk Nicole telah mengajaknya ke salon yang salah.
Sri Hartono, Pondok RT 009/RW 004 Tohudan, Colomadu, Karanganyar