Laki-laki berperawakan sedang tersebut bernama lengkap Slamet Riyanto. Ia yang lahir tanggal 28 November 1967 di Nungkulan, Girimarto ini, telah menjabat sebagai Kepala Desa Waleng, Girimarto, Wonogiri, hampir dua periode pemilihan.
Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia
Selain menjabat sebagai kepala desa, ia juga memiliki beberapa usaha yang tak kalah maju. Seperti toko bangunan, ternak ayam dan yang paling baru adalah kolam pemancingan ikan di Girimarto.
“Jiwa saya memang suka usaha sejak masih muda. Saat saya belum menikah, saya sudah memiliki toko bangunan yang saat ini dikelola istri saya,” paparnya saat ditemui Espos di kediamannya di Jagir, Waleng, Girimarto, Minggu (6/11/2011).
Laki-laki yang senang bersepeda untuk kegiatannya olah raga ini mengatakan saat awal membuka usaha pemancingan ikan, hanya untuk menuruti anak laki-lakinya yang suka memancing di sungai.
Ia kemudian membuka kolam pemancingan ikan yang akhirnya dibuka untuk umum. Dengan modal awal Rp 38 juta untuk membuat dua kolam berukuran 30 meter (m) x 10 m dan 15 m x 15 m, kini ia mampu memperoleh keuntungan menggiurkan.
Sebagai gambaran, ia bisa meraih omzet untuk pemancingan sekitar Rp 300.000/hari belum lagi jika hari libur yang mampu dikunjungi lebih dari 50 orang. Tempat pemancingan itu mampu menampung 125 pengunjung.
“Saya baru membuka kolam pemancingan itu sekitar Bulan Puasa. Awalnya agar anak saya tidak memancing di sungai, saat ini malah ramai oleh pengunjung dari masyarakat umum. Peluang itu mampu saya manfaatkan untuk usaha,” terang ayah dari dua orang anak ini.
Ia mematok tiket masuk untuk memancing Rp 10.000 per orang tanpa dibatasi waktu. Ikan pun ia masukkan sesuai jumlah pemancing yang ia hitung dengan cara satu orang bisa mendapat sekitar setengah kilogram ikan. Ikan yang ia sediakan berupa lele dan nila.
Ke depan, ia akan mengembangkan usahanya itu untuk rumah makan dan wisata pemancingan.
Di balik beberapa usahanya yang sukses itu, ia menyimpan kepedihan akan anak keduanya yang bernama Dimas. Anaknya divonis terkena tumor otak sejak usia 2,5 tahun. Kini, tubuh Dimas tidak dapat tinggi karena ada salah satu syaraf di otak yang bermasalah.
Jadi, ia harus rutin memeriksakan kesehatan Dimas ke dokter. Dulu, Dimas sering kambuh dan ia harus rela bolak-balik ke Semarang untuk memeriksakan Dimas.
“Saat ini, setelah saya membuka usaha pemancingan, Dimas tidak lagi sering mengeluh pusing. Walaupun kesehatannya tidak seperti anak-anak pada umumnya, karena tidak boleh terlalu capek. Mungkin itu jalan dari Allah untuk membuka usaha itu yang mampu menghibur banyak orang,” ungkapnya dengan nada lirih.
Saat ini, Dimas yang telah berumur 12 tahun itu dan masih duduk di bangku SD tidak lagi bersekolah di sekolah umum. Slamet memanggil guru ke rumah untuk belajar di rumah agar Dimas tidak terlalu lelah.
(Ayu Abriyani KP)