Sebut saja karya modifikasi sepeda kayuh menjadi sumber listrik. Bahan sisa sampah, singkong yang diolah menjadi bahan bakar, kotoran sapi yang diproduksi menjadi pelet pakan ikan dan teknologi lainnya. Ya, karya Budi ini tentunya bukan hanya literatur atau buku panduan tentang peluang bisnis yang dijumpai di toko buku. Dia pun membuka pelatihan bagi siapa saja yang ingin mengembangkan teknologi ini.
Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda
“Boleh datang langsung atau ingin bimbingan dari jauh, semua dilayani. Saya siap membantu,” ungkap Budi ramah saat dijumpai di "laboratorium"-nya di Agro Makmur, yang berada di Desa Doplang, Karangpandan, Karanganyar ini. Sekilas memang tak ada yang istimewa dari bangunan yang dicat warna kuning menyala lengkap dengan gambar bak sampah di pintu garasi. Plakat serta spanduk yang bertulis pemanfaatan sampah di depan koperasi ini, jadi penanda lokasi ini tak ubahnya sebagai pusat pelatihan mini.
Memasuki ruangan utama Agro Makmur, Espos disuguhi foto-foto atraktif dan beragam penghargaan yang telah ditorehkan Budi. Ilustrasi apik yang menggambarkan kepedulian Budi terhadap lingkungan dan komitmennya dalam memanfaatkan sampah terpotret dalam beberapa momen. Salah satunya saat dia menggendong beronjong besar yang berisi banyak rerumputan di punggung, sembari kedua tangannya memegang tumpukan kompor Bahenol (bahan hemat etanol) karyanya. Berlatar belakang hamparan sawah, Budi yang mengenakan jas berdasi menyusuri pematang sawah.
Sembari menyeruput teh hangat yang berada di hadapannya, Budi memaknai foto itu dengan banyak arti yang mendalam. “Saat dunia cemas kehabisan sumber energi minyak bumi, bangsa kita pun sigap menyiasatinya dengan mengalihkan ke sumber energi lainnya. Tapi, jangan lupa kreativitas menciptakan energi alternatif yang ramah lingkungan harus tetap dilakukan,” beber Budi mengungkap filosofi foto yang didominasi warna hijau itu. Meski pada awalnya hanya coba-coba dengan memanfaatkan perangkat sederhana, bukan berarti karyanya ini tak berbobot. Dia pun melibatkan lembaga pendidikan tinggi untuk memastikan secara ilmiah bahwa temuannya sahih serta laik dikembangkan hingga pelosok negeri. Berkat karya ramah lingkungan ini, dirinya sering mendapatkan undangan ke luar negeri berbagi ilmu tentang teknologi tepat guna.
Menurutnya, permasalahan menipisnya sumber energi dalam bumi ini bukan hanya persoalan pelik di dalam negeri tetapi kekhawatiran di semua belahan dunia. “Indonesia memang kaya akan sumber energi tapi pasti akan habis jika tidak dikelola secara tepat dan ditunjang energi alternatif lainnya,” ulasnya.
Seperti apa energi bioetanol yang dapat dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat? Budi menerangkan semua bahan yang akan dijadikan bensin dan minyak tanah berasal dari sampah organik yang diolah secara manual menggunakan perangkat sederhana lainnya. Seusai sampah tersebut busuk, disaring airnya, proses fermentasi pun dimulai. Pada proses ini, sampah akan dipisahkan dari zat glukosa dan hemylulosa sehingga saat disuling, kandungan air tidak menyatu. “Proses penyulingan ini akan memisahkan mana zat yang dapat digunakan sebagai bioetanol,” ulas dia.
Keuntungan memanfaatkan teknologi ini, selain murah, juga dapat dimanfaatkan sebagai produk ramah lingkungan. Hasil bioetanol dapat langsung dipakai, kalorinya yang tinggi membuat produk ini lebih hemat, cepat panas dan tidak mengeluarkan asap. Hasil penelitiannya menunjukkan molekul serta berat jenis hanya berkisar 0,7 mg/cc. Tak terhenti pada proses tersebut, bioetanol yang didehidrasi atau dimurnikan dengan tahap penyulingan kedua, dapat menghasilkan kadar hingga mencapai 99%. Produk ini, sambung Budi, dapat langsung dimasukkan ke dalam tangki mobil atau mobil.
Dina Ananti Sawitri Setyani