Pulangnya, Koplo coba-coba lewat jalan alternatif yang katanya ngliwati Astana Giri Bangun. Namun setelah berkilo-kilo berjalan mereka belum juga menemukan tempat dimaksud. ”Mas, dari tadi kok cuma lewat sawah? Astana Giri Bangunnya mana?” tanya Cempluk tidak sabar ingin melihat makam mantan Presiden RI itu.
Promosi Borneo FC dan Kejamnya Drama Sepak Bola
”Sabar ta Dik, ntar kalau sudah sampai kita mampir ke sana,” jawab Koplo. Cempluk cuma manthuk-manthuk. Tiba-tiba sak klebat Jon Koplo menoleh, di sebelah kanan ada sebuah makam di atas bukit yang lumayan gede. ”Itu lho Dik, yang namanya Astana Giri Bangun,” ujar Koplo sambil menuju ke sana untuk sekadar berfoto-foto buat mengabadikan wajah-wajah nggumun mereka lewat kamera HP.
Setelah selesai mengambil gambar, ada seorang ibu warga setempat yang tampaknya curiga melihat mereka. Namun Koplo malah menyapa ibu itu.
”Maaf Bu, kami cuma mau ngambil foto makamnya mantan presiden kita ini. Kami ini kan generasi muda yang suka menghargai jasa-jasa beliau,” ujar Koplo sok pamer. Namun yang diajak omong malah ngguya-ngguyu sehingga Koplo pun langsung berpamitan lalu tancap gas melanjutkan perjalanan pulang.
Sesampai di sebuah pertigaan, di sana ada penunjuk jalan yang berbunyi ”Astana Giri Bangun 1 km lagi”. Koplo dan Cempluk hanya ndomblong membaca tulisan itu. Di situlah mereka pun baru menemukan jawaban kenapa ibu tadi senyam-senyum sendiri...
Kiriman Vitri Miyasari, Jl KH Saman Hudi No 98 Sondakan, Laweyan, Solo 57147