Lembaga dakwah dan komunitas pengajian dapat menjadi waha menemukan jodoh. Peran guru atau ustaz cukup dominan untuk menyambung niat pihak laki-laki dan perempuan yang telah siap berumah tangga. Salah satu lembaga yang cukup intensif menjalankan peran itu adalah Majelis Tafsir Alquran (MTA).
Promosi Borneo FC dan Kejamnya Drama Sepak Bola
Menurut Sekretaris Seksi Pendidikan MTA, Ustaz Suprapto, upaya yang dilakukan itu bukan hal baru dalam sebuah forum seperti lembaga dakwah atau komunitas pengajian. Peran memediasi perjodohan itu sebagai salah satu upaya membimbing umat untuk berjalan dan berusaha di koridor yang sesuai syariah.
”Kalau di kami [MTA], tidak ada dating atau pacaran demi menghindari hal yang tidak diinginkan,” kata dia saat ditemui Espos di ruang kerjanya, Selasa (26/12). Menurut warga Semanggi ini, Islam mengajarkan menundukkan pandangan dan wajib menjauhi zina.
”Kami sebagai guru atau pengurus tahu anggota jemaah yang masih single tapi sudah mapan. Kami tanya, sudah siap belum berumah tangga? Kalau siap, sudah punya pandangan atau belum?” tutur Suprapto.
Ustaz atau guru yang kemudian memediasi keinginan itu. Jika sudah punya pandangan orang yang disukai, bisa disampaikan ke ustaz yang kemudian akan disampaikan ke orang yang bersangkutan. Langkah berikutnya adalah dipertemukan dengan ditemani wali atau ustaz. Dalam pertemuan itu, kedua pihak berhak untuk saling bertanya..
“Tidak ada rasa pekewuh atau sungkan. Pilihan ustaz pasti bagus? Tidak. Jika tidak suka, tidak apa-apa, namanya juga baru perkenalan. Itu dari hati keduanya masing-masing. Jika setuju, baru dilangsungkan peminangan yang kemudian dilanjut rencana pernikahan,” ujar Suprapto.
Dalam Islam, orangtua yang semestinya mencarikan jodoh untuk anak. Namun, kata Suprapto, tidak sedikit orangtua yang memasrahkan peran itu kepada guru mengaji atau ustaz karena dianggap memiliki pergaulan yang luas serta berada di lingkungan atau komunitas yang baik.
Ia menyakini sistem ini jauh lebih baik daripada pacaran yang dapat menimbulkan keburukan. Ini, menurut dia, juga cara agar tidak terjadi married by accident, kehamilan di luar nikah yang memaksa menikah.
”Jangan sampai, naudzubillahi mindzalik,” tutur dia. Pacaran juga tidak menjamin dua individu bisa saling mengenal satu sama lainnya. Banyak yang pacaran bertahun-tahun kemudian putus.
Hal ini juga dapat memengaruhi kondisi bahtera rumah tangga. Hubungan perkawinan yang mawaddah wa rahmah adalah rumah yang nyaman yang senantiasa dinaungi rahmah Allah SWT. Dengan tata cara yang baik saat memulainya, dipastikan akan baik dalam menjalaninya.