Warga Slametan, Gatak, Ngawen, Klaten, menuntut ganti rugi atas jalan yang kena proyek tol Solo-Jogja karena jalan itu dulu tanahnya dibeli dan dibangun secara swadaya oleh mereka.
Espos.id/ Taufiq Sidik Prakoso
Pembangunan jalan tol Solo-Jogja dikerjakan secara gate to gate. Tol SOlo-Jogja Sesi I dari gate Kartasura (Sukoharjo) hingga gate Purwomartani (Sleman) ditarget rampung dan diresmikan pada 17 Agustus 2023.
Penolakan tersebut lantaran tim pengadaan jalan tol Solo-Jogja hanya akan membeli sawah seluas 37 meter persegi dari total 2.500 meter persegi yang dimiliki warga di Manjungan.
Warga Kuncen, Kecamatan Ceper, Klaten, menggunakan uang ganti rugi lahannya yang kena tol Solo-Jogja untuk membeli sawah di Karanganyar.
Sejumlah warga Klaten yang mendapatkan uang ganti rugi lahan tol Solo-Jogja di Desa Beku, Karanganom, langsung memanfaatkan uang tersebut.
Paguyuban Masyarakat Terdampak Jalan Tol Solo-Jogja wilayah Klaten mengungkapkan temuan-temuan kejanggalan pada taksiran UGR lahan.
Setiap lahan yang sudah dibebaskan segera dilakukan persiapan fisik pembangunan tol Solo-Jogja sehingga warga tidak diperkenankan lagi menanaminya.
Bila ditumpuk, tinggi uang ganti rugi tol Solo-Jogja di Klaten itu hampir mendekati gedung Burj Khalifa, gedung tertinggi di dunia.
Aksi digelar menyikapi proses ganti kerugian tol Solo-Jogja yang sudah digelar di beberapa wilayah di Klaten yang dinilai tak sesuai harapan.
Pemdes Mendak merupakan pemdes kali pertama yang sudah mengusulkan persetujuan pembebasan lahan tanah kas desa ke Gubernur Jateng.
Paguyuban Waterpak Tol Solo-Jogja yang menerima ganti rugi hingga miliaran rupiah memprioritaskan membeli rumah daripada mobil.
Espos Plus adalah platform berita premium baru yang memberi Anda keunggulan menyeluruh untuk terus menjadi yang terdepan dalam berita Indonesia. Untuk mengakses konten eksklusif kami, Anda harus berlangganan.
