Kisah Menegangkan Eks Tentara Pelajar Klaten saat Baku Tembak Lawan Belanda
Masih membekas dalam ingatan Toepon Dwidjasoewita, 89, saat-saat menegangkan ketika mengevakuasi seorang temannya yang gugur pada Perang Kemerdekaan Indonesia 1948-1949.
Masih membekas dalam ingatan Toepon Dwidjasoewita, 89, saat-saat menegangkan ketika mengevakuasi seorang temannya yang gugur pada Perang Kemerdekaan Indonesia 1948-1949.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada17 Agustus 1945 niscaya tak akan terjadi tanpa andil para pemuda kiri. Mereka adalah kader-kader komunis dan sosialis.
Setelah Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada Jumat 17 Agustus 1945, gelora revolusi segera merambat ke mana-mana.
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan di wilayah Soloraya melahirkan aksi peledakan jembatan dan pemasangan ranjau di sejumlah lokasi, yang terkadang memakan korban dari bangsa sendiri.
Perjuangan rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan selalu dikenang. Ternyata senjata Indonesia saat melawan penjajah beragam
Sejarah kecil tentang kekerasan selama masa perang kemerdekaan 1945-1949 menunjukkan jajaran Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia juga menjadi korban kekerasan oleh militer Belanda.
Kapten Mulyadi yang saat itu merupakan seorang perwira pemegang jabatan tertinggi di Corps Polisi Militer Rayon IV yang membawahi wilayah Keresidenan Surakarta dibunuh pada 6 Oktober 1952 dini hari.
Makam Brigadir Jenderal Anumerta Slamet Riyadi tak dipindah dari Ambon ke Kota Solo. Saat itu ada unit eks KNIL yang mengancam akan keluar dari Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat jika makam Slamet Riyadi dipindah ke Jawa.
Laskar Kere adalah sebutan laskar pejuang kemerdekaan Republik Indonesia bentukan Mayor Achmadi. Laskar tersebut beranggotakan tentara pelajar di wilayah Solo dan sekitarnya.
Pada 27 Maret 1948 Kota Solo dihebohkan oleh pertempuran antara Tentara Pelajar yang didukung unit pasukan TNI lainnya melawan sesama pasukan TNI yang indisipliner.
Kisah para desertir tentara Belanda pada masa perang kemerdekaan Indonesia adalah bagian dari tindak-tindak kekerasan masa perang yang menjadi objek penelitian banyak lembaga dan sejarawan.
Pada 31 Oktober 1949 majelis hakim Pengadilan Negeri Kendal, Jawa Tengah, yang diketuai hakim R. Ng. Tjokro Hanityo menjatuhkan hukuman mati kepada Inspektur Polisi Ronkes. Peristiwa yang melatari disebut Kendal affair.
Belanda telah beberapa kali meminta maaf kepada Indonesia. Permintaan maaf terbaru dikemukakan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte pada Kamis (17/2/2022). Ia minta maaf atas kekejaman tentara Belanda di Indonesia pada masa 1945 hingga 1949.
Peristiwa pengadangan konvoi tentara Belanda oleh TNI pada 12 Mei 1949 di Krisak, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah adalah salah satu fragmen perang asimestris.
Menurut studi, Belanda melakukan kekerasan secara sistematis, melampaui batas, dan tidak etis dalam upaya mengambil kembali kendali atas Indonesia, bekas jajahannya, setelah Perang Dunia II.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte pada Kamis (17/2/2022) meminta maaf kepada Indonesia atas penggunaan kekerasan oleh militer Belanda selama masa Perang Kemerdekaan.
Tanggal 19, 20, dan 21 Desember 1948. Tiga hari yang mencekam dan sangat menentukan pada fase perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Kota Solo.
Silahkan mendaftar untuk mengakses dan membaca Koran Solopos Edisi
Espos Plus adalah platform berita premium baru yang memberi Anda keunggulan menyeluruh untuk terus menjadi yang terdepan dalam berita Indonesia. Untuk mengakses konten eksklusif kami, Anda harus berlangganan.