Setelah hampir delapan tahun kesehatannya terus menurun akibat strok yang dideritanya, Jumat 9 Maret 2012 pukul 06.30 WIB, Manthous tutup usia. Manthous meninggal di RSI Pamulang, Ciputat, Tangerang, Banten. Meski nyawa tak lagi dikandung badan, Manthous adalah nama agung dalam dunia seni campursari di Nusantara bahkan dunia. Di tangannya, campursari bisa mengikuti perkembangan zaman.
Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia
Lalu apa setelah sang legenda tiada?
Melihat jasanya, Manthous sebenarnya adalah pahlawan bagi kalangannya dan bagi kelestarian seni campursari. Tak heran jika Bupati Gunungkidul Badingah buru-buru mengusulkan nama sang legenda disematkan sebagai nama jalan di Playen, Gunungkidul, tempat kelahiran Manthous.
Direalisasikan atau tidak usulan impulsif dari Bupati tersebut, Manthous dan Gunungkidul sebetulnya membutuhkan lebih dari itu. Nama jalan memang bisa mengenangkan pada tokoh. Tapi paling penting dari perginya maestro campursari adalah regenerasi campursari itu sendiri.
Kepergian Manthous mestinya masih bisa digondheli. Apa yang digondheli? Kepergian jasad jelas hak mutlak Tuhan, tapi semangat yang pernah dimiliki si pemilik jasad bisa digondheli. Pemerintah dan masyarakat mestinya bisa menangkap semangat ini. Agar legenda tak berhenti. Agar Manthous-Manthous muda bermunculan lagi, kembali mengharumkan nama Gunungkidul dengan campursarinya.
Dunia Seniman adalah dunia penghargaan. Meski dengan dinikmatinya karya oleh orang lain saja sudah cukup bagi seniman, tapi seorang seniman juga punya kehidupan yang harus ditopang secara ekonomi. Inilah yang kerap menjadikan regenerasi seni tradisional terhambat. Berpikir seni juga butuh perut terisi.
Dari pengalaman seorang Manthous, menjadi populer dari laku seninya, ternyata tak berbanding lurus dengan membaiknya urusan perut. Royalti atas penggandaan karya campursari Manthous ternyata banyak dipotong.
Bukan bermaksud mengotori seni dengan urusan kapital, tapi tak bisa dimungkiri kapital tetap berperan dalam sebuah perkembangan seni. Bagaimana orang mau bersemangat berkesenian jika bayangan masa depan untuk kesejahteraan saja sudah buram?
Demi lestarinya seni tradisional dan terjaganya semangat mendiang Manthous, bagaimanapun juga, penghargaan bagi seniman lokal baik itu berupa dukungan moral maupun material, sangat dibutuhkan.