Masyarakat perbatasan masih kesulitan mengakses pelayanan kesehatan, pendidikan, keamanan hingga informasi. Mereka juga belum bisa menikmati jalan yang mulus.
Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh
Di Gedangsari yang berbatasan dengan Klaten, Jawa Tengah, sejak gempa 26 Mei 2006 sampai saat ini hanya terdapat seorang dokter. Di Patuk, jalur ibukota Kabupaten Gunungkidul dengan Provinsi DIY, perekonomian juga tak berkembang baik karena jauhnya jarak permukiman dengan pusat perdagangan.
Sebagian besar warga Gedangsari lebih memilih ke Kabupaten Klaten yang berbatasan dengan Gunungkidul untuk menunjang aktivitas mereka sehari-hari. Langkah itu terpaksa mereka lakukan karena keterbatasan sarana dan prasarana yang ada.
Minimnya sarana dan prasarana itu juga membuat sejumlah pelayanan masyarakat seperti dokter enggan ditempatkan di wilayah tersebut. Alasan tidak adanya sinyal handphone dan medan geografis yang sulit ditempuh.
Sayangnya, meski kondisi itu sudah terjadi sejak lama, Pemerintah Kabupaten belum memberikan bantuan yang optimal.
Kerugian akan dirasakan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sendiri dan warga jika persoalan ini tidak segera ditangani. Sebagai misal, secara ekonomi, keuntungan justru bakal diperoleh kabupaten tetangga, yaitu Klaten karena sebagian besar warga di perbatasan lebih memilih melakukan aktivitas perekonomian di Klaten.
Selain itu kondisi di perbatasan bisa menjadi cerminan buruk bagi kabupaten tersebut. Pasalnya, daerah perbatasan merupakan pintu gerbang bagi wilayah itu. Setiap orang yang akan masuk ke Gunungkidul pastinya akan melewati daerah tersebut.
Karenanya Pemerintah Kabupaten Gunungkidul harus segera memberikan perhatian pada daerah perbatasan. Pembangunan di daerah tersebut harus mendapatkan porsi yang sama, bahkan kalau bisa lebih dibandingkan dengan daerah lainnya.
Prioritas pada infrastruktur seperti jalan harus diutamakan. Bagaimanpun jalan akan menjadi akses bagi warga untuk bisa melakukan aktivitas keseharian sehingga bisa menggerakkan ekonomi warga.
Pemkab juga bisa memanfaatkan sumber lain seperti warga perantau asal Gunungkidul. Potensi yang dimiliki perantau bisa diberdayakan untuk meningkatkan perekonomian wilayah asalnya. Bagaimanapun perantau memiliki potensi yang besar untuk membangun Gunungkidul terutama di wilayah perbatasan.
Pada 2011, saat menjelang Lebaran tercatat pengiriman uang melalui wesel di Kantor Pos Wonosari, mencapai Rp12 miliar.
Jumlah tersebut meningkat 20% dibanding Lebaran tahun lalu.
Pada 2010 angka pengiriman uang lewat wesel pos mencapai Rp9 miliar, sedangkan pada 2009 mencapai Rp5 miliar. Rata-rata pengirim uang melalui wesel pos terbanyak berasal dari perantau Gunungkidul, yang bekerja di Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang, Lampung, Palembang dan Riau.
Segenap sumber daya perlu digunakan agar warga di perbatasan bisa segera terbebas dari persoalan.