Dasar Jon Koplo, anak yang manja dan penakut, sudah kelas 8 SMP tapi belum juga sunat. Payahnya lagi, teman-temannya tahu sehingga ia sering diolok-olok. Bapaknya, Tom Gembus dan ibunya, Lady Cempluk yang tinggal di Karanganyar ini tak henti-hentinya membujuk anak semata wayangnya untuk segera sunat. Maklum, mereka ingin cepat duwe gawe.
Mau tidak mau, liburan semester ini Jon Koplo terpaksa diwanek-wanekke sunat karena sudah risi mendengar ejekan teman dan bujukan orangtuanya. Apalagi setelah diiming-imingi akan dibelikan motor baru.
Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan
Maka pertengahan Desember 2012 lalu ia bersedia diantar orangtuanya ke tukang sunat di Solo. Namun setelah celana dibuka dan melihat Pak Bong sudah mengambil smartklamp dan gunting untuk mengeksekusi “burung”-nya, Koplo girap-girap.
“Waaa... Takut Pak...! Tidaaaak...!” teriaknya sambil nangis dan cekelan tangan bapaknya.
“Tidak sakit kok, Plo. Mosok kalah sama anak-anak kecil yang antre itu. Kamu itu sudah besar hlo , “ Gembus dan Cempluk membujuk.
Pak Bong pun ikut ngerih-rih Koplo. “Le, sunat zaman sekarang itu sudah canggih, enggak kaya zaman bapakmu dulu... bla-bla-bla...” Pak Bong menjelaskan perbedaan sunat dulu dan sekarang disertai guyonan untuk menenangkan Koplo.
“Wis rampung Le! Tidak sakit kan?” kata Pak Bong sambil memberesi peralatannya.
Mak klakep, Koplo pun berhenti menangis. Ia kaget dan tidak mengira sunat bisa secepat itu dan tak terasa sakit sama sekali.
Setelah orangtuanya menyelesaikan administrasi, Koplo pun pulang sambil kathokan seperti biasa. Bahkan dengan kemlinthi ia berkata, “Ngertiya mbiyen-mbiyen cah... cah.”
Bisri Nuryadi, Bolon RT 004/RW 002 Colomadu, Karanganyar