Setelah empat tahun merantau di negeri orang, Jon Koplo yang barusan pulang ke Sragen ini bermaksud nanjakke hasil keringatnya bersama sang adik, Lady Cempluk, di sebuah mal besar di Kota Solo. Mereka pun mborong berbagai macam pakaian.
Sampai di kasir, mereka harus antre dengan pembeli lain yang berjubel. Maklum, waktu itu suasana semrawut karena banyak pengunjung yang berbelanja. Setelah dihitung dan dibayar, keduanya pun meninggalkan kasir.
Namun sial, ketika sampai di pintu keluar, mendadak metal detector berbunyi kencang. Semua pengunjung pun langsung mengarahkan pandangannya pada dua sohib kita ini. Satpam Tom Gembus dengan sigap menghampiri kakak beradik ini dan langsung menangkapnya supaya tidak kabur.
Karuan saja Koplo dan Cempluk kaget, bingung dan kamitenggengen tak tahu harus berbuat apa. ”Maaf, Mas dan Mbak, tolong dibuka barang-barang di plastik ini!” perintah Tom Gembus.
Koplo pun menyerahkan barang bawaannya sambil protes, ”Lho, apa-apaan ini, kok kami ditangkap? Kami kan bukan pencuri?” Setelah semua pakaian belanjaan dibuka dan dicek, ternyata ada salah satu baju belanjaan mereka masih tertempel magnet yang lupa belum tercopot.
Dengan diirit Satpam, Koplo dan Cempluk kembali ke kasir diiringi tatap mata wong sak mal.
”Mbak Kasir, ini kok magnetnya masih nempel? Sampeyan nyambut gawe jangan sembrono. Kami dikira nyolong nih. Bikin malu orang saja,” semprot Koplo. ”Oh, maaf, Mas, Mbak. Ini kelalaian saya. Sekali lagi saya minta maaf telah merepotkan dan mengganggu Anda!” kata Mbak Kasir sambil ngewel ketakutan.
”Maaf sih maaf, tapi kami sudah telanjur malu dilihat banyak orang,” ujar Cempluk.
Akhirnya persoalan pun clear, tapi Koplo dan Cempluk telanjur dongkol dan buru-buru kabur dari tempat itu.
Kiriman Eka Yuliati, Kwangen, Ngembatpadas, Gemolong, Sragen
Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia