Kabar burung itu menyebutkan operasi intelijen yang menginginkan hapusnya keistimewaan Jogja. Jogja sebagai city of tolerance akan dirusak. Modusnya dengan mengadu kerabat Kraton Ngayogyakarta dan Paku Alaman. Disebutkan pula pada Maret atau April nanti Jogja bakal geger, kondisi ini dijadikan alat untuk memaksa rakyat mendukung pemilihan. Modus memecah belah Jogja juga dilakukan dengan memunculkan isu SARA.
Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia
Pihak Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat melalui GBPH Yudhaningrat menyebut perlu adanya klarifikasi terlebih dahulu mengenai kabar itu juga meminta agar masyarakat tidak mudah terpancing isu perpecahan.
Beberapa pihak termasuk pengamat politik menyayangkan isu ini. Tapi juga menyebutkan kemungkinan konflik ini diciptakan Pusat karena pro-kontra yang selama ini bergulir. Di balik benar atau tidaknya kabar yang beredar, tentu masyarakat harus waspada.
Idealnya masyarakat tak boleh mudah percaya dengan kabar burung yang belum tentu benar. Namun sebagaimana kabar burung lain yang murahan, meski telah tahu belum terbukti kebenarannya, kabar semacam ini sering memanaskan suasana.
Di titik inilah masyarakat tak hanya dituntut waspada, cermat tapi juga cerdas. Saat ini isu keistimewaan telah menyerap energi semua pihak. Agaknya sangat konyol jika masyarakat lantas terpancing.
Imbauan yang dikeluarkan Kepala satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polresta Jogja, Kompol Donny Siswoyo seyogyanya diperhatikan oleh seluruh warga. Juga permintaan agar jika ada kabar yang akan memecah belah, masyarakat sebaiknya melapor ke polisi agar bisa diambil langkah.
Menjadi cerdas di tengah situasi yang memanas memang tak mudah. Justru di titik inilah seluruh warga Daerah Istimewa Yogyakarta sedang diuji kedewasaannya. Jika kabar burung saja mampu memancing emosi, betapa mudah warga terpecah belah.
Jika pada 1998 masyarakat mampu tak terpancing kerusuhan yang meluas saat tumbangnya Orde Baru, agaknya saat ini warga juga mampu sedewasa itu. Masyarakat Jogja selama ini terkenal mampu menjada persatuan, berpikian terbuka, dan mengedepankan toleransi. Oleh karena itu semangat itu harusnya bisa tetap terjaga di tengah memanasnya polemik keistimewaan.
Ini saatnya masyarakat DIY khususnya Jogja membuktikan bahwa warga memang istimewa, dengan tidak terpancing pada kabar burung. Dewasa, cerdas dan bijak bertindak. Tetap jaga keutuhan DIY. Tetap menjadi warga yang istimewa.