Prestasi demi prestasi yang direguk Elizabeth Yuniar seperti meraih medali emas pada ajang Pesparawi 2009, juara II Putri Solo 2010 dan Duta Bahasa Nasional 2011. Prestasi itu tidak membuat gadis kelahiran 19 Januari 1991 ini berpuas diri. Bahkan, ia bertekad sebisa mungkin harus menelurkan prestasi setiap tahun termasuk pada 2012 ini. Perempuan yang biasa disapa Eliz ini menargetkan harus merampungkan kuliah.
Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia
“Saya memacu diri sendiri untuk berprestasi. Selagi masih muda, saya ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat, apa pun itu,” terangnya ketika dijumpai Esposin, Rabu (25/7).
Eliz meyakini prestasi yang ia petik dan pengalamannya selama ini akan menggiringnya menjemput cita-cita. Kendati berprestasi, kakak Jeremy Artho Wicaksono ini jarang mendapat pujian yang berlebihan dari orangtuanya. Sebaliknya, orangtuanya justru kaget jika ia gagal meraih prestasi.
“Mama mengajarkan saya supaya tidak gampang puas. Ketika saya mengabarkan menang menjadi Duta Bahasa, mama malah hanya menjawab kapan pulang,” tukasnya.
Respons yang diberikan orangtuanya itu tidak pernah membuat Eliz berkecil hati karena ia mengetahui di balik sikap itu ada dukungan besar yang mengalir demi kesuksesan dirinya.
Keikutsertaannya dalam ajang pemilihan Putra-Putri Solo (PPS) 2010 salah satu buktinya.
“Saya enggak pede ikut kontes seperti itu [PPS] karena saya berpikir kemampuan seseorang tidak dilihat dari fisiknya tapi mama justru mendaftarkan saya ikut kontes itu,” katanya.
Saat karantina, Eliz sempat ingin mundur tapi ia lantas menantang diri sendiri jika masuk 10 besar, pilihannya ia harus menang dan nyatanya ia berhasil meraih gelar Putri Solo II 2010. Setelah menjadi bagian dari keluarga PPS, pikirannya tentang kontes berubah. Banyak hal baru yang ia temukan dan hal itu semakin memacunya untuk membuktikan diri seorang putri bukan hanya pintar omong tapi membuktikan dengan banyak aspek yang menjadikannya memiliki nilai tambah.
“Selempang itu punya kekuatan. Karena saya Putri Solo atau karena saya Duta Bahasa maka saya didengar orang, beda kalau orang tidak punya jabatan mungkin orang akan malas mendengar omongan saya,” katanya.
Kini, sembari menyelesaikan kuliah dan menjalankan tugas-tugasnya sebagai Duta Bahasa Nasional, pelan-pelan Eliz mulai merajut mimpinya menjadi seorang public relations officer(PRO). Baginya, pekerjaan sebagai PR sangat menarik dan menantang karena seorang PR dituntut harus bisa membangun mind set orang dari awalnya tidak suka sesuatu menjadi tertarik dan suka.
“Kalau pun tidak menjadi PR, saya ingin menjadi konsultan PR dan dosen. Saya menyukai bidang itu, apalagi gairah saya untuk berbagi sangat besar,” imbuhnya.