Jarak antara indekos dengan kampus memang hanya sekitar 700 meter, tapi rasanya tidak menjamin Cempluk untuk tidak terlambat. Tak mau ambil risiko, akhirnya Cempluk memutuskan untuk meminjam motor milik Gendhuk Nicole, teman kosnya. Kebetulan ia sedang tidak ada kuliah.
Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia
“Nic, aku pinjam motormu ya, sudah telat nih,” rengeknya.
“Ya. Kunci sama STNK-nya ambil sendiri di laci,” jawab Nicole.
Tanpa ba-bi-bu, Cempluk langsung mengambil kunci motor dan STNK, lalu mak wusss… bablas menuju kampus.
Pukul 07.07 WIB, dengan berbagai macam alasan akhirnya dosen megizinkan Cempluk masuk.
Kuliah pun selesai. Berhubung Cempluk merasakan perutnya sudah missed call, ia pun memutuskan untuk langsung pulang. Kebetulan ada teman yang menawarkan tumpangan. “Rezeki tak boleh ditolak,” batin Cempluk senang.
Sesampai di tempat kos, tampak Gendhuk Nicole sudah berdandan rapi di depan kamar.
“Endi kuncine, Pluk? Aku ternyata ada jam tambahan,” pinta Nicole.
“Kunci apa?”
“Kunci motor…!”
“Ya ampyuuunnn…! Aku lupa Nic!” pekik Cempluk sambil ngeplak bathuke dhewe. Ia baru ingat kalau berangkat kuliah tadi meminjam motor Gendhuk Nicole.
Akhirnya mau tidak mau, Cempluk balik kanan dan ngetiging jalan kaki kembali ke kampus dengan perasaan kemrungsung.
“Tiwas seneng-seneng entuk boncengan, bul ndadak bali meneh,” batin Cempluk anyel dengan dirinya sendiri.
Mardiyah, Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Bahasa, IAIN Solo